Ramadhan Milik Siapa?

Ilustrasi: @alanwari


Angin pagi itu terasa berbeda,

Sejuk, sunyi sekali

Entah kenapa, burung-burung pipit

tidak melintas diatas kamarku seperti biasanya.

Angin pagi itu,

dirasa amat damai,

tak ada suara berisik di ruang tamu,

tak ada suara berisik diruang tengah,

bahkan tidak juga di dapur

Berbeda, dengan riuh ditengah kota,

bahkan sebelum pengingat imsyak berkumandang

jalanan sudah ramai.

Lalu-lalang robot-robot pengangkut manusia

beroda dua dan empat

memadati jalanan,

membelah kesunyian kota

Di sebrang jalan, Seorang anak kecil

berdiri dibawah lampu

yang sedikit redup, memandangi sekitar

seperti menunggu sesuatu,

sampai akhirnya tiba, sebuah kotak berwarna putih

yang diberikan seseorang,

Raut wajah sang anak amat bahagia,

sembari menari-nari bersama kotak putih

Berlari ia menuju sebuah kursi dipinggir Taman kota,

membuka kotak dengan mata berbinar,

melahap isi kotak, dengan tidak lupa membaca basmallah,

Sedang di depannya, seorang ibu memandanginya dengan penuh haru,

rupanya menahan tetesan air, yang sudah membendung di bawah

kelopak matanya

Aku mendengar ia berdoa

“Ya Allah, ramadhan-mu kali ini, aku mohon berikanlah rezeki-mu untuk anak-anakku,

agar ia bisa ikut berpuasa, sebagaimana engkau perintahkan.

Meski, kami sudah terbiasa berpuasa dibulan-bulan lainnya”

Tuhan, aku bantu mengaminkan doa sang ibu,

aku juga seorang anak, bahkan suatu hari nanti

akan menjadi seorang ibu,

Tidak ada seorang anak yang kuat

jika setiap hari harus berpuasa, tanpa sahur

Tidak ada seorang ibu

yang senang anaknya berpuasa,

tanpa menyediakan menu untuk berbuka

Sebab, sesungguhnya Ramadhan ini milik siapa?