Ilustrasi: @alanwari
Di malam yang sunyi, terdengar lantunan
dari hati yang pilu – merindukan bulan suci
Ketika bulan suci Ramadhan datang
sepi juga datang menghantui – merekam
kesedihan yang tak terperinci
Lihatlah di sudut-sudut kota
terlihat wajah-wajah letih
mencari berkah dalam ketiadaan
yang mendalam
Lihatlah di pangkuan malam yang gelap
mereka menangis sendiri
meratapi kehilangan dalam hati
yang tak mampu terucapkan
Lihatlah pula di sela-sela sejadah
ada tangisan yang tak terdengar
dari hati yang rapuh, mencari cahaya
dalam kegelapan
Lihatlah lagi di tengah riuhnya berkah
tersembunyi luka yang dalam
mengalir dalam doa yang penuh
dengan kekosongan
Ramadhan yang menyedihkan
menyentuh jiwa yang rapuh
mengajarkan tentang kekosongan
yang tak tergantikan
Namun di balik kesedihan
terbersit harapan yang terpendam
“bahwa setiap luka akan menjadi penanda keabadian, bahwa senyuman masih ada di relung hati yang dalam.”
Meski pilu menyelinap dalam setiap langkah
Ramadhan tetaplah bulan yang penuh berkah
Karena di balik segala kesedihan dan kepedihan
Allah tetap hadir, di setiap wujud hambanya
menyentuh hati dengan cinta-kasihNya
yang tak terduga.
Adaraq, seorang lelaki penyuka editing, rokok dan seccangkir kopi kapal api tanpa diaduk.