Dengan Puisi Kutantang Waktu dan Puisi Lainnya

Kurz & Allison 1892 Dengan Puisi Kutantang Waktu sebelum kuhunuskan dan kutikam puisi ke jantung waktu, telah kuasah larik-larik ini di medan makna, saat fenomena hidup berperang sebagai kesatria o, makaya: bunuhlah mantra, bunuhlah mantra! dan ketika mulai kutikam puisi ke jantung waktu, bait-bait menjelma jeritan nenek moyangku, di mana darah waktu memuncratkan serpihan sejarah, […]
Bogor dan Kenari: Jejak Kenangan yang Tak Pudar

Bogor. Mendengar namanya saja, ingatan kita melayang pada rintik hujan yang syahdu, hawa sejuk yang membelai kulit, dan tentu saja, hamparan hijau Kebun Raya yang legendaris. Namun, bagi sebagian besar warga dan para perindu setianya, Bogor punya satu ikon lain yang tak kalah magis: pohon kenari. Pohon dengan batang kokoh, tajuk rindang, dan buah keras […]
Jalan Pulang

Jean-Baptiste-Camille Corot 1796-1875 Kemarau masih mengulur waktu. Ambang bayang harapan telah berguguran detik demi detik. Hari demi hari pun telah merekah. Minggu telah berganti menjadi bulan kemudian menjelma masa lalu. Tak sadar sudah tahunan, waktu telah berlalu begitu cepat. Saya adalah seorang yang suka menerka-nerka pikiran saya sendiri. Tidak jarang saya menerka-nerka diri saya di […]
Batutulis Bogor: Merangkai Jejak Kota Pakuan Pajajaran

sumber: romadecade.org Bogor, yang kini kita kenal sebagai “Kota Hujan” dengan hiruk-pikuk kehidupan modernnya, sesungguhnya menyimpan kisah sebuah kota raja yang luar biasa: Pakuan Pajajaran. Inilah ibu kota Kerajaan Sunda yang pernah berjaya dari sekitar abad ke-10 hingga ke-16 Masehi, dengan puncak keemasannya di bawah pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi). Sebuah kota yang dirancang […]
Pengkajian Sumur Tujuh di Lawang Gintung, Batutulis: Perspektif Historis, Arkeologis, Folklor, dan Budaya

Sumur Tujuh di kawasan Lawang Gintung, Batutulis—Kota Bogor, sering dikaitkan dengan peninggalan Kerajaan Pajajaran/Sunda (abad ke-15–16 M). Namun, dari perspektif multidisiplin—historis, arkeologis, folklor, dan budaya—keberadaannya memerlukan pengkajian lebih lanjut. Analisis ini didasarkan pada catatan sejarah, temuan lapangan, dan konsep difusi kebudayaan, yang menunjukkan bahwa cerita Sumur Tujuh memerlukan bukti lebih lanjut sebagai fakta historis konkret. […]
Ekologi Intersubjektif: Pertarungan Bahasa antara Ilmu dan Cerita

ilustrasi: indonesiakaya Ruang Tak Terlihat yang Menata Perilaku Di banyak wilayah, khususnya di Pulau Jawa, nama Nyai Roro Kidul muncul bukan sebagai kisah pinggir jalan. Ia muncul bersama suara ombak, bersama cara orang tua melarang anak bermain terlalu dekat dengan air, bersama upacara kecil untuk menata hubungan antara manusia dan laut. Sosok ini hidup bukan […]
Soekamti & Sampan Kayu

Hudson River, Logging (1891-1892) Sudah berapa lama Soekamti tak tahu pasti. Ia telah menyasarkan diri ke lautan ketika terseret ombak sejak entah kapan, Soekamti tak pernah tahu pasti. Ia sendirian. Mengarungi lautan yang luas dan barangkali tak berujung. Tanpa arah kesimpulan yang jelas dan tak terbatas. Kendati demikian, Soekamti tak pernah hilang harapan. Asa selalu […]
Kebun Gersang di Matamu dan Puisi Lainnya

Childe Hassam (1859-1935) Sebuah Surat telah sampai kepadakusebuah surat yang beralamatkannamamu kekasih, kekasihku ketika kubaca satu per satuhuruf-huruf itukebun gersang di matamu telah selesai kubacasebuah surat yang diperuntukankepadamu kekasih, kekasihku walau seribu masa silamkian memburudengan puisi kutantang waktu Kebun Gersang di Matamu menangislah dan jadilah hujanbagi bunga-bunga yang layudahaga di relung hatimu menangislah dan jadilah […]
Nomenklatur Sunda: Ambang Batas Realis dan Surealis

A Mountain Landscape With Creek 1808-1888 Ada sesuatu yang cukup menggelitik dalam cara orang Sunda menamai tempat. Nama-nama itu sering terdengar aneh, lucu, bahkan “jorok”. Namun mungkin justru di situlah letak kebijaksanaannya. Dalam dunia yang cenderung menuntut kesopanan bahasa, orang Sunda justru menunjukkan keberanian untuk menamai sesuatu apa adanya—jujur, spontan, dan tanpa basa-basi. Di balik […]
Citeureup dan Puisi Lainnya

Nicholas Chevalier (1828 – 1902) Citeureup jauh sebelum Ibu bernama kisahkuhanyutkan hidupku ke tepianCiteureup yang agung dan banjir membawaku sampaike kelokan muara Cisadaneyang dalam arusnya menenggelamkaningatanku tentangwajahmu; ingatan masa silamku, Ibuingatan tentangmu lenyapbersama batu-batujauh di dasar sungaiairmataku. : sekarang Ibu adalah Dayang Sumbisekarang Ibu adalah mitologisedang aku adalah Sangkuriangsedang aku telah menjadi dendangkehancuran yang tak […]