Foto: Halimun Salaka
Setelah lama kebingungan memilih-memilah Mahkota Tugu Pancakarsa, Pemerintah Kabupaten Bogor akhirnya mengisi kekosongan pada Tugu Pancakarsa dengan lima ornamen Kujang dan Logo Tegar Beriman yang berada di Simpang Sentul, Babakan Madang.
Ornamen Kujang berukuran 3 meter tingginya berbahan kuningan dan Logo Tegar Beriman berukuran 2,5 meter berbahan Stenless Hairline Cutting Laser dengan lebar keseluruhan Mahkota seluas 160 meter sudah menjadi final dari teka-teki Mahkota Tugu Pancakarsa.
Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) Kabupaten Bogor, Teuku Mulya menyampaikan bahwa pengerjaan itu merogoh anggaran rakyat Kabupaten Bogor pada APBD Tahun 2023 senilai Rp487.754.800 dari anggaran yang disediakan senilai Rp500.292.000.
Sementara, Filosofi dari lima Kujang dan Lima Lambang Kabupaten Bogor itu digambarkan secara singkat olehnya. Lima Logo Tegar Beriman diapit oleh Kujang sebagai bentuk penjagaan Kujang terhadap nilai-nilai yang ada di Logo tersebut.
“Mahkota Tugu Pancakarsa itu ada gambar Prayoga, Tohaga dan Sayaga, dan diapit oleh 5 kujang. Kujang itu ibaratnya yang menjaganya, lambang senjata yang menjaga lambang Sayaga Tohaga Prayoga dalam konteks 5 Pancakarsa itu,” kata dia, Kamis 16 November 2023.
Meski terlihat mungil, Pemerintah Kabupaten Bogor kekeh bahwa Mahkota Tugu Pancakarsa itu sudah sesuai perhitungan para ahli. Ia menilai, Mahkota Tugu yang mungil itu hanya visualisasi saja, nyatanya sudah pas dengan ukuran bangunan Tugu yang sudah dibangun sebelumnya.
“Sebenarnya kalau secara real, naik ke atas itu besar dan bahannya stainless sehingga kalau dia terlalu besar banget itu berdampak pada struktur yang akhirnya engga bisa menopang Mahkota Tugu itu, sehingga jadi masalah dalam konteks struktur,” papar dia.
Selain itu, arah mata angin juga menjadi alasan Mahkota Tugu Pancakarsa tidak dibuat sebesar Tugu Kujang yang ada di Kota Bogor. Sebab, mereka beralasan jika terlalu tinggi dan besar, khawatir tidak kuat menahan tekanan angin yang menimpa pada Mahkota tersebut. Ditambah, biaya yang harus kembali dikeluarkan.
Pemkab Bogor mengaku Mahkota Mungil Tugu Pancakarsa itu sudah final untuk harga Rp400 jutaan. Namun, tidak menutup kemungkinan akan ditambah kembali pernak-pernik lainnya untuk menutup visual “mungil” itu.
“Nanti kalau memang harus ada tambahan di sampingnya, supaya itu menarik, di samping yang persegi itu, yang membuat kelihatan kecil. Mungkin dipasang (ornamen baru) agak ke pinggir lagi di dekat persegi Tugu itu. Nanti itu sedang dirancang kira-kira kita mau pasang apa di situ apakah semacam katup bunga yang suatu saat bisa dibuka tutup,” jelasnya.
Tidak Memiliki Nilai
Mahkota Tugu Pancakarsa yang sudah final itu memaparkan komentar dari budayawan sekaligus mantan wakil Bupati Bogor, Karyawan Fathurrahman. Ia menilai seni yang dipasang pada Mahkota Mungil Tugu Pancakarsa itu tidak mewakili nilai luhur peninggalan masa lampau.
“Ini karya seni yang cukup bagus. Tapi tidak mewakili nilai luhur peninggalan masa lampau,” ungkap ki Karfat, panggilan karibnya.
Ia menilai, Tugu Pancakarsa itu tidak lebih dari sekadar Landmark yang hanya menjadi ciri khas untuk mudah dikenal dan diingat oleh masyarakat.
Redaksi Halimun-Salaka sebenarnya punya gaharapan terkait kepala yang cocok untuk Tugu Pancakarsa. Ketika Kota Bogor sudah punya Tugu Kujang, sebagai pelengkap harusnya Kabupaten Bogor memilih simbol Tunggul Kawung, Aren, atau katakanlah Enau. Sebab, Tunggul Kawung sangat terikat secara batiniah dan badaniah dengan pusaran sejarah-budaya Bogor (baca: Ketika Memandang Pohon Aren: Terlintas Kebudayaan “Eceuk” dan Kesejarahan “Poek”).
Hal tersebut akan membawa kita pada variasi arti kata Bogor yang mendukung makna tunggul kawung, dapat kita temukan (dalam buku Sejarah Bogor, hal.2), di daerah Bekasi yang disebut Bogor itu ialah daging pohon kawung yang biasa dijadikan sagu. Dalam bahasa Jawa Bogor berarti pohon kawung dan kata kerja dibogor berarti disadap. Sedangkan dalam bahasa Jawa Kuno kata pabogoran berarti kebun kawung.
Dengan demikian, dalam bahasa Sunda umum, sebagaimana menurut Coolsma, kata bogor berarti “droogetapte kawoeng” (pohon enau yang telah habis disadap) atau “bladerlooze en taklooze boom” (pohon yang tak berdaun dan tak bercabang).
Jadi, itulah alasan kami sangat mengharapkan Mahkota Tugu itu berbentuk Tunggul Kawung, sebagai pelengkap Tugu Kujang. Dari pertalian arti kata Bogor di atas, dapat kita simpulkan bahwa nama Bogor yang dapat mencakup semuanya mempunyai hubungan dengan “pohon kawung (enau atau aren). Mungkin pohon kawung secara utuh seperti dalam bahasa Jawa (kuno), atau pohon kawung yang mengering seperti kata Coolsma, atau mungkin juga tunggul enau seperti kata orang-orang tua di Bogor.
Perjalanan Mahkota Tugu Pancakarsa
Tapi ya sudahlah, terlalu berlebihan nampaknya jika redaksi terlalu membanding-bandingkan dan menginginkan (minimal sama) dengan Landmark di daerah lain, sekalipun Kota Bogor sebagai daerah tetangga dengan Tugu Kujang yang memiliki nilai filosofi yang mendalam, dan sangat diagungkan keberadaannya.
Kita harus menerima keberadaan Tugu Pancakarsa yang telah diusahakan dibangun oleh Kepala Daerah periode Ade Yasin-Iwan Setiawan sebagai tanda mereka telah menyimpan jejak untuk para pemimpin Kabupaten Bogor di masa yang akan datang.
Perjalanan menempatkan Mahkota Mungil Tugu Pancakarsa juga harus menjadi nilai apresiasi dari kita kepada pemerintah Kabupaten Bogor. Sebab, untuk membuat dan menempatkan Mahkota Mungil itu perlu beberapa kali memutar otak para pejabat.
Mulanya, saat Ade Yasin masih berjaya, Mahkota Tugu Pancakarsa ingin dibuat untuk menyambut para peserta Venue Fifa World Cup U-20 yang rencanannya berlangsung di Pakansari pada 2021. Namun gagal, karena diserang oleh pandemi Covid-19.
Kemudian, wacana pelibatan para Budayawan hingga Sejarawan dalam membuat Logo Mahkota Tugu Pancakarsa pun bergulir. Pemkab Bogor pernah membuat Sayembara untuk mencari desain terbaik untuk mengisi kekosongan Kepala Tugu Pancakarsa. Namun, wacana itu hilang dimakan waktu.
Satu tahun tak dibahas karena fokus pandemi Covid-19, pembuatan Mahkota Tugu Pancakarsa ternyata sudah masuk dalam pembahasan anggaran APBD 2023. Mahkota itu dianggarkan Rp500.000.000 untuk segera bisa diisi tahun 2023.
Budayawan dan Sejarawan sudah tidak dilirik, Pemerintah Kabupaten Bogor menyerahkan kepercayaan mereka kepada para arsitektur untuk mendesain Mahkota Tugu Pancakarsa tersebut. Tak banyak pinta, Pemkab Bogor hanya ingin ada lambang Kabupaten Bogor di dalamnya.
Benar saja, para arsitektur berhasil mengikuti keinginan Pemkab Bogor, ada ornamen-ornamen Logo Tegar Beriman sebagai Logo Pemerintah Kabupaten Bogor ditambah dengan hiasan Kujang berbahan kuningan di setiap sampingnya.
Mahkota Mungil Tugu Pancakarsa itu telah menempel pada awal November 2023. Namun, redaksi belum mengetahui filosofi atau alasan kenapa empat ornamen, kenapa harus ada logo Tegar Beriman, kenapa sebegitu mungil dan kenapa-kenapa lainnya.
Namun, kita sama-sama bisa melihat seperti itulah upaya-upaya Pemerintah Kabupaten Bogor dalam memberikan pilihan terbaik untuk Landmark Kabupaten Bogor tercinta.***
Saya dinamai Egi Abdul Mugni oleh Umi. Lahir tengah malam di bulan Oktober. Saya seorang Jurnalis di Bogor.