اقرأ
(…) Kekasih, sungguh aku ingin mencintaimu seperti seharusnya melaksanakan ibadah; khusuk dan tahu waktu.
(…) Seperti zikir utama, namamu selalu mampu kulafalkan dengan mudahnya.
(…) Mengingatmu adalah ziarah panjang dari azan ke azan; dari sahur hingga berbuka; dari subuh sampai magrib tiba.
(…) “Mati-matian melupakan adalah cara terbaik untuk mengingat,” begitulah ucapmu, sesaat sebelum minggat.
(…) Aku masih ingat kehebatanmu; hatiku pernah patah, kemudian kamu membetulkannya.
–
Kota Hujan, 2024
Catatan: Ayat-ayat puisi di atas boleh jadi susunannya benar, namun bisa juga salah.
Tukang kue, penyuka puisi.