1)
waktu aku berziarah ke makam
kakek dan nenek, di lembah peristirahatan:
apa yang membuat pohon itu tumbuh
sedikit demi sedikit menjulang tinggi
seakan berharap ingin memeluk cakrawala
ketika cinta lebih dulu pulang tanpa tanda?
–
3)
ruang menuntun perjalanan meramu jarak
sesaat aku tiba dalam sebuah penghabisan—
memandang kehidupan, antara menyerah
atau terus berjuang: Eiii! Siapa itu yang datang
dengan irama hujan ketika kabut turun
di pegunungan menyelimuti batas desa ke kota
di persimpangan jalan kenangan?
–
5)
Aku tak ingin membandingkan
lebih indah lautan atau pegunungan
sebab hidup mesti berdampingan
seperti adanya pertemuan dan perpisahan
yang diam-diam sering kita tanyakan:
di mana sebenarnya rumah orang-orang
mati dan ke mana fenomena matahari
yang setiap hari diam-diam datang
dan pergi?
–
7)
Kenapa tak kita sudahi saja puisi ini
sebelum malam benar-benar pergi
dan pagi pasti merenggut semua gerak sunyi
—mimpimu dan ilusiku akan di-jeruji
oleh kenyataan yang mulai menjauhi ilahi
tempat berkumpulnya jiwa-jiwa mati?
–
9)
ketika prosesi langit dan bumi meruang-mewaktu
seperti roh dan badan, para pengembara sebagaimana
tujuannya berada dalam kerinduan rumah kelahirannya:
Hemmm! Bagaimana bisa tertulis jejak pendakian rohani
dalam setiap penjuru waktuku, dan bagaimana akan terbaca
lembaran umur, kelahiran dan kematian meraung-raung
masuk ke lembah kalbuku?
–
11)
sampai hari ini kita tak tahu berapa detik lagi,
menit lagi, dan jam lagi, sisa-sisa permainan
kemah pencarian makna dunia, sebelum tiba waktunya
menuju surga atau neraka. Bukankah kita hanya tahu
berapa harga cinta, harga dendam, harga peperangan,
dan harga perdamaian, yang kita ciptakan sendiri
dalam jejak-laku ilmu-pengetahuan?
–
13)
Kapan kita tak lagi menunda-nunda
memohon doa-ampunan, dan petunjuk
arah-jalan kehidupan kita kepada Tuhan
yang kita percayai masing-masing
di dalam wahana berpikir, geliat kebudayaan,
kerja kesenian, nilai keagamaan, bahkan politik
peradaban kita masing-masing?
–
(…sebagian teks puisi hilang ter-delete nafsu puasa…)
Manusia yang menyenangi pembelajaran di dunia perkebunan kata, pembacaan fenomena-peristiwa, dan penulisan yang tak pernah selesai menunggu sampai di mana dan akan bagaimana permainan labirin kehidupan ini selesai.