Ketika aku lahir ke dunia
sebagai bayi ragaku tanah
jiwaku air yang merawat
jantung pegunungan
dan lautan darah
Ketika aku tumbuh dewasa
tanah-air jiwa-ragaku
yang dipimpin akal-pikiran
dan kalbu-perasaan
menugaskan dewan mata,
gubernur hidung, bupati telinga,
camat tangan, kades kaki,
agar mengurus lambung rakyat
menyediakan makanan setiap hari
tak pernah berhenti.
Tanah-airku kadang-kadang serupa Indonesia
yang terus menerorku agar menuruti
undang-undang dasarnya, yang berbunyi:
semua orang mesti memakai
beribu-beribu topeng,
beratus-ratus topeng,
berjuta-juta topeng.
Karena hidup di sini, akan sulit
menentukan siapa dirimu,
ke mana nalurimu,
dan apa fitrahmu.
*
itulah mengapa semua buku-buku nasib
yang dibaca maupun ditulis
manusia telah menjadi rahasia
di pemakaman, di kedalaman
misteri kehidupan.
Seorang peziarah