Seperti mengais puisi yang lama terkapar
ditinggal para petapa
mencari lagi jejak-jejak rimanya
di gigir makam serupa gawai
Barangkali masih bisa kutemukan Kau
pada jengkal terakhir puasa
dan yang terpantul adalah cahaya yang bukan namamu
memancar seperti epitaf:
Tak ada lagi puasa yang kalian persembahkan
Sebetulnya bukan cahaya ini yang kalian cari, cucu Adam
Tapi puasa kini adalah sorak-sorai
nafsu dan kuda liar yang lepas dari kepala Nobita;
ingin ini ingin itu banyak sekali
menenteng imajinasi
Macet berjejal dalam kantung belanja.
Seorang biasa yang meminjam dan menetap pada tubuh lelaki. Kini berusaha memaskimalkan nafas, tubuh, gerak, hidup yang telah dipinjaminya.