Atas Nama Kepentingan, Mereka “Jualan” Pemekaran Bogor Barat

dok. AI


Presidium Komite Persiapan Pembentukan Kabupaten Bogor Barat terus memprovokasi masyarakat untuk melakukan desakan-desakan kepada pemerintah pusat agar moratorium segera dicabut oleh Presiden Joko Widodo. Dan narasi kebaikan serta kesejahteraan rakyat menjadi dagangan ‘mereka’ untuk memantik api semangat perjuangan masyarakat Bogor Barat agar ikut andil ‘meramaikan’ sepinya suara mereka. Pertanyaannya, sudah seberapa tahu masyarakat soal pentingnya pemekaran wilayah di Kabupaten Bogor bagian barat?

Memang, aturan dan kelayakan Kabupaten Bogor untuk menampung jutaan kepala manusia, sudah tidak cukup. Sehingga wajar saja pemerataan pembangunan menjadi salah satu dagangan aktor-aktor yang terus mendesak Bogor Barat segera dimekarkan. Namun lagi dan lagi, sudah berapa dalam kita memahami potensi pasca wilayah Bogor Barat itu dimekarkan? Selain bagi-bagi tugas ‘inti’ para pejuang pemekaran Bogor Barat itu sendiri?

Kita pasti tahu bahwa revolusi, reformasi, dan perubahan baik lainnya pada suatu negara maupun wilayah, selalu muncul dari rakyat yang tidak lagi mampu bersuara untuk memperbaiki kehidupan mereka. Rakyat-rakyat itu berkumpul, menggagas konsep, memikirkan masa depan pasca reformasi. Dan sekali lagi, seberapa banyak masyarakat Bogor Barat yang mendiskusikan persoalan itu? Lalu berapa persen mereka yang hanya mencari solusi dan mencari keuntungan dari pemekaran tersebut? Jika sedikit, kebaikan-kebaikan, urgensi-urgensi, desakan-desakan para tuan itu untuk siapa?

Maksud Baik untuk Siapa?

Narasi-narasi pemekaran Bogor Barat selalu ‘menjual’ masyarakat, sehingga orang-orang yang menyuarakan itu terlihat populis dan sangat peduli dengan kehidupan dan masa depan rakyat. Padahal, banyak sekali suara-suara yang mengatasnamakan masyarakat, namun sedikit bahkan tidak sama sekali berdampak pada masyarakat, seperti suara toa para pendemo dan mic politisi. Kita tidak boleh curiga terhadap kebaikan seseorang, namun kita harus curiga niat baik mereka untuk siapa.

Itu bukan kata penulis loh, tapi penulis sedang menyetir-menarasikan apa yang disampaikan oleh salah-satu penyair terkemuka Indonesia, yang kita kenal dengan nama Rendra, dalam salah-satu sajaknya berjudul, “Sajak Pertemuan Mahasiswa” yang berbunyi: Kita bertanya// Kenapa maksud baik tidak selalu berguna/ Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga//.

Maksud baik saudara untuk siapa?/ Saudara berdiri di pihak yang mana?//

Kenapa maksud baik dilakukan/ tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya// Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota/ Perkebunan yang luas hanya  menguntungkan segolongan kecil saja// Alat-alat kemajuan yang diimpor/ tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.

Tentu kita bertanya: Lantas maksud baik saudara untuk siapa?//

Penggalan sajak Rendra itu seperti menampar orang-orang yang memiliki niat baik. Bukan karena niat baiknya, namun untuk siapa niat baik itu? Apakah niat baik itu sesuai dengan keinginan dan kebaikan hidup rakyat? Kita bisa berasumsi semua itu setinggi gunung dan menjawab itu sedalam lembah dari diri kita masing-masing tentunya.

Atau mari kita lihat saja dengan saksama, Presidium Komite Persiapan Pembentukan Kabupaten Bogor Barat selalu ‘menjual’ LSM, Organisasi kemahasiswaan, Ormas, kelompok-kelompok tertentu lainnya yang mudah ‘disetir’ untuk mencapai kebaikan bersama. Kemudian, mengajak masyarakat untuk meramaikan keinginan mereka.

Sepertinya, kita harus mulai membuat dan memperkuat kelompok-kelompok Solidaritas Mekanik yang anggotanya adalah rakyat paling bawah, tanpa identitas kelompok yang terlegislasi dan terhalang aturan-aturan. Solidaritas Mekanik tercipta pada kesadaran kolektif warga Desa yang saling peduli satu sama lainnya. Kepedulian satu sama lain itu akan menciptakan kebaikan yang disepakati bersama secara tidak langsung.

Kepentingan pemekaran Bogor Barat juga harus kita mulai bahas secara kolektif tanpa hitung-hitungan kepentingan individu dan kelompok tertentu terlebih-dahulu. Kita harus mulai menolak jualan-jualan atas nama rakyat yang kita sendiri tak mengetahui rakyat mana yang sedang diperjuangkan itu.

Jangan Mekar Jika Rakyat Tidak Tahu

Pemekaran Bogor Barat adalah keniscayaan, meski kita tidak tahu kapan akan dimekarkan. Namun, kita harus visioner melihat bagaimana jika Bogor Barat sudah dimekarkan. Jangan sampai keinginan pemekaran dikabulkan, kita hanya menggigit jari, melihat hanya segelintir saja yang menikmati. Rakyat berhak dan wajib tahu kepentingan utama pemekaran tersebut secara terang-benderang.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Bogor, Ajat R Jatnika mengulas sedikit gambaran Kabupaten Bogor bagian Barat di masa depan. Ajat menjelaskan, potensi-potensi ekonomi dan pembangunan daerah di wilayah Bogor Barat sudah terlihat. Mulai dari kawasan perkotaan, bisnis dan kawasan konservasi. Tinggal bagaimana kita mengambil peran di sana.

Ajat membagi wilayah Bogor Barat menjadi tiga bagian yakni Bagian Perkotaan dan Bisnis, Pertambangan dan kawasan wisata dan konservasi. Ketiganya dibagi menjadi tiga wilayah, yakni Bogor Barat bagian Utara, bagian Tengah dan bagian Selatan.

“Sekarang ini, Bogor Barat bagian utara yang terbentang dari Tenjo, Parungpanjang sampai ke rumpin, itu memang area yang saat ini tumbuh pesat, dengan kegiatan perkotaan, itu adalah imbas dari pesatnya pertumbuhan dari Tangerang Selatan, dan berorientasi ke Jakarta,” kata Ajat memaparkan kepada penulis.

Wilayah itu akan berpotensi menjadi pusat perkotaan karena perumahan dan infrastruktur mulai dibangun baik secara swasta maupun oleh pemerintah. Kondisi ini, akan menumbuhkan dan menciptakan kawasan perkotaan yang berpotensi menjadi perputaran bisnis. Salah satu simbol bahwa wilayah itu akan menjadi kawasan perkotaan, diidentifikasi banyak terjadi konflik antara jalan tambang dan kebutuhan tanah untuk perumahan.

“Kalau zaman dahulu jalan tambang jarang ribut, tapi sekarang menjadi ribut karena memang perkotaan ini mulai tumbuh. Itu potensi yang luar biasa. Sekarang di industri perumahan, di Bogor Barat bagian utara itu sudah sangat menggeliat. Ada Podomoro yang memang menyiapkan fasilitas yang luar biasa, mendorong adanya stasiun terintegrasi. Dari situ kemudian itu bisa menjadi alternatif pilihan pergerakan (ekonomi) masyarakat,” papar dia.

“Jadi tipologi Bogor Barat bagian utara itu sudah menunjukkan suatu perkembangan kawasan perkotaan yang memang nantinya akan menjadi cikal bakal area tumbuh pesatnya Bogor Barat, itu tulang-punggung pergerakan ekonominya dimulai dari sana,” jelas dia.

Penguatan ekonomi kedua yakni di wilayah Bogor Barat bagian tengah yang didominasi oleh area pemanfaatan sumber daya alam (SDA). Kawasan ini akan menjadi penyokong ekonomi kedua setelah perkotaan, sebab sumber-daya alam tidak akan selamanya bisa eksploitasi.

“Bogor Barat bagian tengah itu area yang mempunyai potensi SDA, saat ini area pertambangan, apakah itu batuan, pasir atau lainnya itu memang ada di area tengah, ditambah dengan perkebunannya, fakta nya sepeti itu,” masih lanjut paparan dia.

Untuk puluhan tahun ke depan, potensi SDA di wilayah tersebut akan membantu perputaran ekonomi di Bogor Barat. Sebab, pertambangan dan hasil alam lainnya di wilayah tersebut, menjadi penyuplai utama pembangunan di wilayah tetangga.

“Bisa sampai 40 tahun ke depan masih diperlukan dan potensinya kata dinas ESDM Jabar, masih bisa dieskplpitasi  tambang di sana itu bisa sampai 30-50 tahun ke depan. Batuan di wilayah tersebut berkualitas nomor satu, jadi dipergunakan oleh pembangunan di area Jabodetabek. Nah itu wilayah tengah,” jelas dia.

Sementara, di Bogor Barat bagian Selatan, yang kebanyakan dihuni oleh para aktivis dan pelopor pemekaran Bogor Barat itu diprediksi akan menjadi kawasan konservasi dan ekowisata.

“Itu area gunung halimun salak, kalau lihat potensinya memang lebih mendirikan kawasan konservasi dan ekowisata. Bagaimana sangat banyak curug yang menjadi andalan Geositenya, Geopark Bogor Halimun Salak,” papar dia.

Cetak Biru Bogor Barat

Ajat menjelaskan, konsep dan perencanaan tersebut kemudian rencananya akan dimasukkan ke cetak biru atau blueprint wilayah Bogor Barat yang rencananya akan dibuat pada 2025 mendatang.

“Itu (tiga wilayah Bogor Barat bagian Utara, Tengah, dan Selatan) itu di RTRW kita, nah 2025, menyikapi keseriusan kita, selama ini memang kajian sudah ada, ikhtiar secara formal melalui mekanisme yang berlaku kita sudah melakukan ke DPRD, provinsi. Itu ikhtiar formal. Kemudian dari sisi kebijakan tata ruang, kita sudah juga mendorong ke arah sana, kemudian dari sisi tematiknya, pendekatan perencanaan Goepark Halimun Salak sudah ada, itu sebenarnya terpisah-pisah (pelaksanaannya),” papar dia.

Blueprint itu, kata dia, akan dijadikan rujukan utama dalam mengelola dan mengerjakan kawasan Bogor Barat secara parsial dan berkelanjutan.

“Bagaimana tahun berikutnya, itu harus ada langkah, misal langkah membangun kawasan Ibukotanya. Jadi bukan sebatas kajian atau perencanaan, tapi lebih ke ada aksi kongkrit yang kira-kira akan menjadi cikal bakal atau embrio DOB Bogor Barat,” kata Ajat menutup paparannya kepada penulis.

komentar (0)