Selamat Berbuka Puisi

pwisi

Takjil hanyalah kata, dan puisi hanya sekumpulannya

Dipunguti di jalan-jalan, di toko, warung, dan emperan kaki lima dadakan
juga di antara macet,
asap kendaraan dan debu jalanan

Tapi azan adalah pasangan yang serasi baginya

Seperti puisi dan kamu:

Yang menjadi penanda
Yang menjadi acuan

Yang menjadi referensi

Yang menjadi pelekat diriku yang kata,
dan kamu yang nyata.

Suaramu yang kutunggu. Tanda baik bagiku yang tak selalu sanggup menahan hawa nafsu
Sayang, apakah nama panjangmu adalah doa?
Sebab tanpamu diriku hanya sekumpulan dosa.

Seperti takjil, tanpa azan Ramadan, dia hanyalah sekumpulan makanan biasa.

Dan seperti kataku. Takjil hanyalah kata, dan puisi hanya sekumpulannya.

Sayang, selamat berbuka puisi dengan bualan-bualanku yang tak lagi kamu dengar.

Bogor, 1 Ramadan 1445 H