Bogor, Cinta, dan Peristiwa di Balik Mahkota Binokasih

Banyak orang mengenal hubungan politik dan diplomasi antara Kerajaan Sunda dan Majapahit, tetapi sedikit yang menyadari bahwa pusat kekuatan Sunda—Bogor—menyimpan kisah yang baru saja terungkap kembali ke permukaan—dengan mahkota kuno yang kembali ke tanah leluhurnya. Bayangkan suasana renyah lembah-lembah di Bogor pada abad ke-14, ketika Pakuan Pajajaran menjadi pusat kebudayaan dan kekuasaan Sunda. Namun, sebagian […]
Filsafat Sunda: Melipur Dongkol dengan Banyol

Kita kadung menerka bahwa filsafat adalah urusan kepala: soal logika, soal sebab-akibat, soal Tuhan dan ketiadaan-Nya. Tapi tahukah Anda bahwa orang Sunda, barangkali dengan sengaja, menyimpan filsafatnya di tempat yang tak terduga: di dalam tawa. Di antara kegetiran dan kebodoran. Di jeda antara dongkol dan banyol. Sebuah ruang kecil yang tidak bisa diklaim oleh kekuasaan, […]
Perjalanan-Perenungan Mundinglaya Di Kusumah

Selain perjalanan Bujangga Manik yang menyusuri Pulau Jawa-Bali sampai pada akhir ceritanya menaiki tangga langit ilahi (kematian-kemoksaannya?) itu, yang secara sadar menawarkan-meninggalkan kesan-pesan cerita nama topografis Pulau Jawa-Bali, seutas cerita Kerajaan Pakuan Pajajaran, dan nilai moralitas-spiritualitasnya, lalu menawarkan-meninggalkan pula pesan-kesan bagaimana potret makna jalan hidup seorang manusia: suatu penempuhan yang bisa dimaknai secara universalitas, entah […]
Pulang Babang: Laut Tak Terinjak

Ilustrasi: @Alanwari Hari ini, bagaimana akan kita baca ungkapan “nenek moyangku seorang pelaut”, sedangkan laut hanya pesona bagi mata memandang. Hari ini, laut adalah sejarah terpenggal. Jadi kepingan pulau-pulau, sekawanan nama-nama, dan serentetan peristiwa-peristiwa di masa lampau—yang masih acak. Dan kini, syukurlah banyak orang sibuk mengurus sejarah pulaunya masing-masing. Biarkan itu menjadi ombak penalaran dan […]
Bujangga Manik: Serpihan Jejak Perjalanan Sajak

Gambar Peta: KITLV dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Berbicara mengenai puisi atau katakanlah dalam hal ini sajak, ekspresi emosi dan perasaan selalu ditemui pembaca melalui kata-kata, citra, dan bahasa kiasan si penyair: di dalamnya termasuk metrum, rima, perbandingan, metafora, personifikasi, dan berbagai alat retoris lainnya, sebagai usaha menciptakan ritme, nada, dan keindahan dalam struktur sajaknya. […]