Menguak Kembali Prasasti Nyalindung

Tim penelitian riset Mulyaharja melakukan pengecekan lokasi ke Kampung Nyalindung, Desa Sukamantri, Kabupaten Bogor—Jawa Barat, Kamis (28/08/25). “Diduga lokasi Desa Nyalindung ini menjadi asal muasal sebuah prasasti yang sekarang ada di Museum Nasional Jakarta,” ungkap Ketua Tim Riset Muhammad Alnoza. Prasasti yang diberi nama Prasasti Nyalindung tersebut pertama kali dicatat dalam catatan Jaarboek Bataviasche Genootschap. […]

Digitalisasi Arsip Sastra dan Naskah Kuno

Public room at the 5th ward Museum Hotel. (1864) Digitalisasi arsip sastra dan naskah kuno merupakan upaya komprehensif untuk mengalihkan warisan budaya tertulis dari format fisik ke bentuk digital, memastikan pelestarian informasi yang terkandung di dalamnya sekaligus meningkatkan aksesibilitas bagi generasi masa depan. Transformasi ini tidak hanya menjaga keaslian dokumen historical yang rentan terhadap kerusakan, […]

Berpura-pura Bahwa Seni Bisa Netral, Adalah Siasat yang Naif

The Three Bears Pl.3 (1851) – Harrison William Weir Ada yang ingin kita percayai sebagai seniman, bahwa kesenian adalah wilayah yang suci, berdikari, tak tersentuh oleh bau busuk politik. Bahwa panggung adalah tempat menghindar, bukan menghadang. Bahwa mencipta berarti menyingkir dari hiruk pikuk. Tapi di ruang kenyataan, kepercayaan semacam itu lebih sering menjadi ilusi yang […]

Nggak Mesti Ada Yang Terus-terusan Yapping Kesejarahan, Kalo Semua Terdokumentasikan. Untuk itu, Aktifkan Segera Dewan Kesenian

The Storyteller (1773-1777) Pernah gak kamu ngerasa, tiap kali ketemu obrolan soal kesenian atau sejarah kesenian di Bogor, rasanya kayak muter kaset lama? Ceritanya itu-itu aja. “Dulu pernah ada pameran besar di sini,” “Tahun segitu kita pernah bikin panggung lawan ketidakadilan,” “Di situ, dulu, tempat tongkrongan seniman, sebelum jadi kafe mahal.” Terus, ketika ditanya buktinya? […]

Berkesenian Untuk Perubahan Sosial yang Inklusif

Animals and stylised figures Sering kali, advokasi kebijakan yang memperjuangkan keadilan sosial mengalami kebuntuan. Upaya seperti mediasi, kampanye, unjuk rasa, dan audiensi yang menyajikan data lapangan sering kali ditolak—baik oleh masyarakat maupun oleh para pengambil kebijakan. Media arus utama pun tidak sepenuhnya bebas nilai; banyak yang tunduk pada kepentingan pemilik modal atau korporasi. Dalam dunia […]

Kota Kesenian dan Segala yang Tak Sempat

Gezicht op de weg tussen Buitenzorg en Preanger. De groote weg van Buitenzorg naar de Preanger regentschappen (1869) – Johan Conrad Greive (Dutch, 1837–1891) Sebuah tulisan lahir dari titisan dari tinta keresahan, yang lahir pelan-pelan, dari apa yang terlihat dan terasa dialam keseharian. Bahwa kesenian, dalam banyak kota, kini hanya jadi tontonan biasa. Ia hadir […]

Mengolah Cara Berpikir Kesenimanan: Mencari Masa Depan Seni di Bogor yang Eksploitatif

Vicious circle (1897) – Jacek Malczewski (Polish, 1854–1929) Bogor adalah kota dengan intensitas hujan yang tinggi, dan ironinya: hujan itu jarang menetes ke kepala seniman. Ia membasahi rambut, tapi tidak pikiran. Di sini, seni lebih sering tumbuh sebagai taman yang dipoles sedemikian indah, aman, terukur. Tapi bukan hutan. Padahal seni, kalau ingin hidup, harus tumbuh […]

Dewan Kesenian Bogor Sebagai Medan Laga & Medan Makna

Croesus showing Solon his Riches – Frans Francken the Younger (1581 – 1642) I Dalam tulisan Orasi Dewan Kesenian 2025, di zine vol.1, saya menutupnya dengan serangkaian persoalan bahwa, masyarakat seniman di Bogor tidak punya waktu lagi, sebab inilah saatnya dan sudah waktunya untuk mengolah daya reflektif-evaluatifnya hari ini: baik di kalangan persona seniman sendiri […]

Ranjang Baru Kesenimanan di Dewan Kesenian

Hanya ada dua proses sekaligus pilihan yang dapat kita tentukan jalannya, pertama, Dewan Kesenian Bogor tidak perlu diaktivasi-direposisi, sebab tidak ada guna keberadaannya-jika Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor dalam sub-bidang kebudayaan/kesenian mampu menampung persoalan karya, kritik, arsip, publikasi, dan dapat menampung serangkaian dialektika, medan laga (atau pengkajian seni) dan makna (atau ekosistem seni) […]

ORASI DEWAN KESENIAN 2025

Trompe L’oeil With Studio Wall And Vanitas Still Life (1668) Ekosistem kesenian, jika dimetaforakan sebagai ekosistem hutan, maka seniman adalah raja hutan: yang bisa saja kita sebut serupa dengan harimau. Seniman harimau itu, betapapun kuat dan menakutkan, jika ia terlepas dari kawanannya, selain akan mati kesepian—ia hanya gagah di atas penderitaannya sendiri. Lebih jauh lagi, […]