Melihat Malaikat Pencabut Nyawa Lalu-lalang Setiap Hari di Parung-Panjang

Gambar: infoparungpanjang


Isnawati (berumur 34 tahun) bersama anaknya yang masih berusia 10 tahun kembali menjadi pengerat solidaritas warga Kecamatan Parungpanjang. Keduanya menjadi korban kecelakaan truk tambang di Jalan Raya Sudamanik, Kampung Rewod, Desa Gorowong, Parungpanjang, Bogor pada Minggu 17 Desember 2023 lalu.

Almarhumah Isnawati dengan anaknya tertimpa truk tambang yang penuh dengan muatan. Mereka terhimpit antara tanah bebatuan dan bak truk berisikan hasil tambang. Motornya hacur parah, apalagi tubuhnya.

Sekian kalinya terjadi jeritan manusia pecah menghentikan lalu-lalang keramaian jalanan, setelah alat berat mengangkat truk tambang yang tertidur di atas dua tubuh manusia. Sangat tak terbayangkan, berapa menit Isnawati dan anaknya menahan sakit, hingga akhirnya ia berserah dari ganasnya pencabutan nyawa secara paksa itu. Mereka akhirnya dinyatakan tewas di tempat. Innalillahiwainnailaihirojiun. Semoga diberikan tempat terbaik di surga-Nya.

Isnawati dan anaknya menjadi refleksi kita semua, bahwa kekayaan alam tidak melulu menjadikan sebuah anugerah untuk manusia yang berada di sekitarnya. Batu andesit nomor wahid dan beberapa potensi tambang yang berada di Parungpanjang itu kenyataannya malah menjadi ancaman bagi warganya sendiri.

Perampasan, atau bahasa halusnya eksploitasi berizin menjadi alasan para pengusaha dan pemangku kepentingan untuk mengeksplorasi kekayaan di Parungpanjang. Tanpa (atau belum maksimal) memperhatikan dampak yang merenggut nyawa manusia. Sampai sejauh ini, masyarakat Parungpanjang yang harusnya memiliki kenyamanan hidup, akan selalu dihantui rasa takut mencekam, apalagi ketika sedang berada di jalan raya.

Alasannya tentu sudah bukan barang baru, hilir-mudik kendaraan besar seperti Malaikat Pencabut Nyawa yang menjadi pandangan sehari-hari warga Parungpanjang. Kebiasaan yang dipaksakan aturan itu, harus terpaksa juga masyarakat rasakan. Meski tidak ada yang tahu waktu mati, tapi rasanya melintas di jalan Parungpanjang yang dilintasi truk tambang, seperti memberi isyarat tersendiri bahwa: se-waspada apapun masyarakat ketika melewati jalan Parungpanjang, kelalaian truk tambang bisa merenggut nyawanya oleh insiden kecelakaan. Seperti Isnawati dengan anaknya yang tanpa persiapan menuju kematian, adalah contoh yang sudah berulang-ulang terjadi (akankah kejadian serupa itu sudah mencapai angka beratus orang? Hanya Camat Parungpanjang yang tahu).

Problematika Panjang Tak Berujung

Sejak bulan lalu, solidaritas warga Parungpanjang terus menggaung setelah seorang warga menjadi korban ganasnya truk tambang. Wacana solusi jangka pendek, menengah, hingga panjang terus menjadi tawaran pemerintah agar bisingnya suara warga tidak terlalu menyakiti gendang telinga para penguasa dan pengusaha.

Suara solidaritas warga Parungpanjang berhasil merevisi Peraturan Bupati (Perbup) tentang operasional truk tambang yang disesuaikan dengan aturan yang ada di Kabupaten Tangerang. Namun, nyatanya truk tambang masih lalu-lalang masuk ke Parungpanjang dari arah Kabupaten Tangerang. Sebab, Kabupaten Tangerang membolehkan truk tanpa muatan beroperasi di luar jam operasional. Aneh bin ajaib!

Demonstrasi, koordinasi sana-sini, antisipasi dan lainnya telah bersama dilakukan warga dan pemerintah. Namun, nyawa Isnawati mungkin memang harus menjadi pengingat keras tentang belum maksimalnya upaya-upaya tersebut.

 Satu-satu cara meminimalisir resiko kecelakaan adalah jalur khusus tambang yang dijanjikan eks Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Tapi, setelah usai jabatannya, usai juga pembicaraan Ridwan Kamil terhadap janji-janjinya. Beliau sekarang malah sibuk menjadi ketua TKD Jawa Barat untuk memenangkan Prabowo-Gibran dan menjadi “Tukangs Endorse”. Ups!

Tapi entahlah, terlalu rumit memang merealisasikan jalur khusus tambang tanpa intervensi khusus dari semua pihak, baik pemerintah Kabupaten hingga pusat. Jadi penasaran, apakah penyebab sulit-rumitnya realisasi jalur khusus tambang dikarenakan suara masyarakat Parungpanjang untuk mendorong Jokowi jadi presiden dua kali pada waktu itu sangatlah kecil, hingga tidak terlihat intervensi yang begitu signifikan untuk percepatan pembangunan jalur khusus tambang? Jawabannya lagi-lagi Camat Parungpanjang yang tahu.