Panembrama Halimun Salaka

Halimun Salaka merupakan media lokal yang menampung kerja kreatif dari membaca, mencatat, serta menggambar Bogor dari terminologi sudut pandang, gerak pandang, jarak-jangkauan pandangan yang kembali ke akar dan kembali ke sumber.

Kami mengharapkan kepada manusia Bogor: baik yang lahir di Bogor, yang sedang mengembarai Bogor, atau yang tidak sengaja dan terpaksa tinggal-menetap di Bogor, untuk ikut andil membaca, mencatat, menggambar serta memaknai kembali Bogor dalam putaran waktu dan perubahan ruangnya.

Dengan demikian, semua yang lahir, yang datang, yang menetap, atau yang hanya singgah di Bogor: dipersilakan melakukan sudut, gerak, jarak-jangkauan pandangannya mengenai Bogor dari berbagai kerja kreatif dan proses-tujuannya masing-masing.

Sebab, Bogor kadang serupa buku-buku yang berisi memori masa-lalu, tak pernah selesai untuk dibaca dan diulas bersama. Kadang-kadang Bogor serupa buku-buku yang kosong di masa depan, menunggu para penghuni atau pengembaranya mencatat kembali apa yang sedang dan akan terjadi. Dan lalu dari muatan kadang-kadang itulah, Bogor masih menjadi misteri sampai hari ini, sebagaimana (Gunung) Halimun Salaka yang selalu diselimuti kabut tebal (ingatan para penghuninya) dan hujan lebat (perasaan dan pikiran para penghuninya).

(Musyawarah Kuncen Redaksi)

Panembrama Halimun Salaka

Halimun Salaka merupakan media lokal yang menampung kerja kreatif dari membaca, mencatat, serta menggambar Bogor dari terminologi sudut pandang, gerak pandang, jarak-jangkauan pandangan yang kembali ke akar dan kembali ke sumber.

Kami mengharapkan kepada manusia Bogor: baik yang lahir di Bogor, yang sedang mengembarai Bogor, atau yang tidak sengaja dan terpaksa tinggal-menetap di Bogor, untuk ikut andil membaca, mencatat, menggambar serta memaknai kembali Bogor dalam putaran waktu dan perubahan ruangnya.

Dengan demikian, semua yang lahir, yang datang, yang menetap, atau yang hanya singgah di Bogor: dipersilakan melakukan sudut, gerak, jarak-jangkauan pandangannya mengenai Bogor dari berbagai kerja kreatif dan proses-tujuannya masing-masing.

Sebab, Bogor kadang serupa buku-buku yang berisi memori masa-lalu, tak pernah selesai untuk dibaca dan diulas bersama. Kadang-kadang Bogor serupa buku-buku yang kosong di masa depan, menunggu para penghuni atau pengembaranya mencatat kembali apa yang sedang dan akan terjadi. Dan lalu dari muatan kadang-kadang itulah, Bogor masih menjadi misteri sampai hari ini, sebagaimana (Gunung) Halimun Salaka yang selalu diselimuti kabut tebal (ingatan para penghuninya) dan hujan lebat (perasaan dan pikiran para penghuninya).

(Musyawarah Kuncen Redaksi)