BANGKIT, WARGA! KESENIAN INI TAK AKAN HIDUP TANPA KITA!

The Fall of the Rebel Angels 1562 Coba jawab pertanyaan ini dengan jujur: Kapan terakhir kali kamu benar benar merasa didengar? Bukan sekadar dibalas chat. Tapi didengar. Dipahami. Direngkuh. Kami tidak bicara tentang negara. Kami sadar ia tuli dan tebal muka. Kami juga tidak bicara tentang birokrat budaya. Mereka cuma sibuk bikin agenda, mengisi laporan, […]
DAN YANG TAK SEMPAT DICATAT

The Fall of the Rebel Angels (1562) “BEGITU PANJANG RIWAYAT BANGSA, TETAPI HARI INI KITA BARU PANDAI MEMUJA MASA LALU.” —Wiji Thukul Kutipan dari Wiji Thukul itu terasa tepat menggambarkan kenyataan hari ini. Ketika sejarah hanya hadir sebagai pujaan, bukan pelajaran. Ketika ingatan kolektif dilipat-lipat dan disimpan terlalu rapat, hingga kita sendiri nyaris lupa rupa […]
Kesenimanan dan Dewan Kesenian yang Pisah Ranjang Kebudayaan

Ketika seniman bergerak, mencipta, dan menggugat – di mana dewan berada? Sibuk rapat? Sibuk foto-foto? Sibuk menjaga nama baik institusi yang tak lagi dipercaya? Atas itu kami hadir—bukan sebagai lawan, tapi sebagai pengingat. Lewat zine, mimbar, dan pengadilan simbolik, kami bawa kembali satu hal yang mungkin sudah hilang: keberanian untuk mencipta. Dan bahwa kalau seni […]
Bukan Tentang Hari Ini, Tapi Tentang Besok Kita Mau Apa?

*Catatan Setelah Ikut Diskusi Salakansss “Yang penting bukan di hari ini. Tapi di hari besok, setelahnya mau apa.” Kalimat ini muncul dari tengah-tengah ruang diskusi di Kopitography, Ciampea. Sebuah tempat yang akrab untuk ngopi, tapi di hari itu—31 Mei 2025—menjadi ruang berpikir, bertukar napas dan akal, karena di malam itu berlangsung diskusi Silih-Wangian, sebuah program […]
Serpihan Kisah di Kota Pemilik Hujan

ilustrasi cover lagu Kota Pemilik Hujan (Bowo Wijoyo) Ada cinta yang tak terjemahkan/ Pada rindu yang ku-utarakan/ Angin yang membawa kencang/ Harap ku-tinggi menjulang/ Bersahajalah selama-lamanya Mendengar lirik-bait pertama pada lagu terbarunya berjudul Kota Pemilik Hujan, Yudha Bhakti Permana (A Yud) dalam proyek Tunas Muda-nya (Feat. Lenggana) telah membikin saya terlempar jauh ke masa lalu—masa […]
Okupasi Bukan Pilihan, Ia Kebutuhan: Dari Taman ke Taman, Kami Menolak Bubar

Sabtu malam, 31 Mei 2025. Kota Bogor belum mandi, tapi awan sudah menggumpal. Hujan pun turun berserakan, seperti perasaan yang sejak lama tak diungkapkan. Seperti sarkasme Tuhan atas kota yang sibuk membersihkan diri dari rakyatnya sendiri. Dan di situlah kami, dengan kepala-kepala basah, berkumpul di Taman Corat-Coret—tempat yang namanya saja sudah cukup menjelaskan bahwa ini […]
Tak Mungkin Manusia Tanpa Sastra

Mengutuhkan Diri Kepada Sastra Setiap manusia mengutuhkan dirinya untuk memperkembangkan beribu kemungkinan melalui bidang apapun. Sastra, misalnya, suatu pengejawantahan nilai-nilai di dalam alam kewajaran kehidupan, kemungkinan terarah ke semesta pengembaraan kualitas hidup yang manusiawi, yang tipologinya terkembang jadi “aliran dan getaran”, yang sesekali juga mengalami kebekuan/krisis/pencapaian untuk sementara waktu, tapi kemudian selalu dicurigai oleh kemungkinan […]
Kemungkinan-kemungkinan (Hari Jadi Bogor) Selain Hari Jadi Pajajaran

Berbicara masa lalu, selalu ada pembicaraan tentang kemungkinan. Pada bagian ini, mari kita coba kupas kemungkinan-kemungkinan yang ada terkait peradaban dan puncak kejayaan yang akhirnya bisa saja diposisikan sama dengan Pajajaran (baca: penobatan Prabu Siliwangi dan perayaan Ibukota Pakuan Pajajaran) sebagai patokan Hari Jadi Bogor (HJB) hari ini. Secara bersih juga jernih, bagian ini bukan […]
Wadah Ilmu dari Allah: Secarik Surat untuk “Man OF All Seasons”

Ilustrasi @FihrilKamal Pengalaman ikut maiyahan yang paling menggembirakan hati saya adalah kekhusyukan saat duduk dan mendengarkan Simbah Nun (Emha Ainun Nadjib) berbicara. Rasanya saya belum pernah merasakan lagi kenikmatan begitu, sesaat sebelum Simbah ditarik ke kedalaman sunyinya sunyi. Saya sendiri heran. Seperti ada yang tak bisa terjelaskan, tapi sangat jelas kalau tak ada Simbah, terutama […]
Hari Jadi Bogor Adalah Hari Jadi Pajajaran

Masyarakat Bogor tentu saja akan setuju jika judul tulisan ini dijadikan pernyataan bersama. Tapi pernahkah kita semua mempertimbangkan kembali mengapa pernyataan itu kita amini bersama? Pernahkah kita usil mengira dan menimbang ulang mengapa Bogor pada akhirnya memilih hari jadinya dengan mengacu pada masa Pakuan Pajajaran? Sepertinya harus kita bahas bersama pertanyaan usil itu dalam tulisan […]