Dok. Kab-Bogor (Pergub Kawung)
Kota Bogor dengan Tugu Kujangnya, Surabaya dengan Patung Sura dan Buayanya, dan beberapa Kota dan Kabupaten lainnya memiliki lambang kota yang mencirikan identitas daerahnya masing-masing. Bagaimana dengan Kabupaten Bogor, apa lambang identitas yang bisa menjadi ciri khas Bumi Tegar Beriman?
Redaksi Halimun Salaka mencoba menelisik lebih dalam, ya walaupun perhatian para pegawai pemerintah di Kabupaten Bogor tidak terlalu serius dalam mencari identitas daerah mereka sendiri, namun rasa penasaran akan hilang saat mereka benar-benar tidak mengetahui dan tidak ingin tahu apa sebenarnya identitas Bumi Tegar Beriman ini.
Oleh sebab itu, Redaksi Halimun Salaka berdiskusi dengan seorang petinggi pada salah satu Dinas di Kabupaten Bogor. Ia dikenal sebagai satu-satunya pejabat yang peduli terhadap eksistensi sejarah dan kebudayaan di Bogor. Dalam perbincangan itu, kita harus benar-benar menerima bahwa Kabupaten Bogor masih belum memiliki identitas diri yang filosofis seperti Kabupaten/Kota lainnya di Indonesia.
Meski begitu, pejabat itu (yang sengaja tak saya sebutkan di sini) telah berupaya membuat suatu konsep untuk menjadikan simbol Tunggul Kawung sebagai identitas Kabupaten Bogor saat dirinya menjabat di Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP). Identitas Tunggul Kawung itu bahkan dijadikan peraturan Bupati (Perbup) 42 Tahun 2015.
Lagi-lagi, kita harus menggelengkan kepala seperti melihat harapan Tugu Pancakarsa sebagai Identitas Diri Kabupaten Bogor. Pejabat itu bercerita bahwa Perbup tersebut dinilai belum maksimal.
Identitas Tunggul Kawung “Setengah Jadi”
Perbup Nomor 42 Tahun 2015 tentang Penerapan Prototipe Arsitektur Budaya Lokal Pada Bangunan Gedung Milik Pemerintah Kabupaten itu tidak secara rinci menggambarkan sejarah atau filosofis pengambilan Tunggul Kawung.
Dalam Perbup itu hanya menggambarkan bagaimana bangunan pemerintah harus memiliki kekhasan suatu daerah. Tunggul Kawung dijadikan rujukan, namun tiada sejarah maupun filosofis pada Pebup tersebut.
Pengagas Perbup itu mengaku pengambilan Tunggul Kawung itu diambil dari Pantun Pa Cilong. Ia memaparkan bahwa seharusnya dalam Perbup tersebut juga digambarkan Tunggul Kawung atau pangkal pohon aren yang ditebang sekitar setengah hingga satu meter panjangnya.
“Itu ada gambarnya di Perbup, cuma belum lengkap sama tunggulnya itu. Sisa tebangan, satu sampai satu meter dari batangnya,” kata dia kepada Halimun Salaka.
Namun, entah apa yang membuat dia terburu-buru dalam membuat Pebup itu sehingga Perbup yang dijadikan rujukan Identitas Diri Kabupaten Bogor, tidak tuntas dikerjakan.
“Cuma dalam Perbup itu belum memunculkan si tunggulnya itu sendiri dalam lambang, karena saya sangat terburu-buru menggambarkannya,” jelasnya.
Seusai dirinya tidak menjabat di Dinas tersebut, gambar Tunggul Kawung hingga kini belum ada dan tidak ada yang ingin menuntaskan ketertinggalan itu.
Ia bahkan menyayangkan dengan APBD Kabupaten Bogor yang triliunan, Pemkab Bogor atau Dinas terkait tidak memiliki gairah untuk menetapkan dan membuat Identitas Diri yang masih setengah itu.
“Kita APBD Rp11 Triliun, tapi lambang kota ga punya. Miskin ga? Banget. Orang lain punya, Surabaya, Jogja punya, kita ga punya,” jelasan lebih lanjutnya.
Jadi, pantas saja kita sering kali kebingungan saat mengikuti perlombaan yang ada sangkut pautnya dengan lambang atau identitas Kabupaten Bogor. Sebab, Kabupaten Bogor pun hingga kini masih belum memiliki identitas pasti.
Kejadian itu dirasakan oleh ilustrator Halimun Salaka saat hendak mengikuti sayembara Jingle atau Maskot di KPU Kabupaten Bogor. Ia ingin menjadikan Tunggul Kawung sebagai dasar membuat Maskot KPU (yang dinilai oleh KPU hanya banyaknya Like bukan dari kualitas, seni dan filosofisnya), namun saat kita berdiskusi, kita sama-sama bingung bagaimana sebenanrnya bentuk Tunggul Kawung itu?
Lagi-lagi, kita harus menerima kenyataan bahwa dari ratusan bahkan ribuan pegawai pemerintah, ratusan budayawan, dan triliunan anggaran, tiada satu pun yang bersedia membuatkan Identitas Kabupaten Bogor. Bagaimana kalau kita bersama-sama mengevaluasi fenomena itu tepat di Hari Jadi Bogor Ke-542 ini? Semoga saja ada tindak-lanjut secara serius dan tuntas nanti bertepatan pada (Peringatan HJB) hari senin – 3 Juni 2024 mendatang, dari pihak-pihak yang memang ditugaskan mengurusi hal-hal demikian.***
Saya dinamai Egi Abdul Mugni oleh Umi. Lahir tengah malam di bulan Oktober. Saya seorang Jurnalis di Bogor.