Relasi Penguasa-Pengusaha Tak Tahu Untung, Rakyat Parungpanjang kembali Digulung Kekhawatiran, Tak Pernah Usai

Relasi Penguasa-Pengusaha Tak Tahu Untung, Rakyat Parungpanjang kembali Digulung Kekhawatiran, Tak Pernah Usai

HS

Dok. halimunsalaka.com


Relasi antara penguasa dan pengusaha di negara demokrasi berkembang memang tidak jarang membuat rugi masyarakat. Seperti dikatakan Barrington Moore, No Bourgeoises No Democracy. Negara demokrasi tidak akan tumbuh dan berkembang jika kaum borjuis atau pengusaha  tidak dilibatkan lebih dalam untuk pada sistem demokratisasi.

Lagi-lagi, kita harus menerima kenyataan hidup yang pahit di negara demokrasi, apapun pilihannya. Kenyataan itu dirasakan bersama oleh rakyat Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor. Pemerintah daerah ketar-ketir usai para pengusaha tambang memblokade jalan utama truk-truk pengangkut sumberdaya alam di Parungpanjang pada Rabu 13 Maret 2024 malam hari.

Mulanya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor ingin menerapkan uji coba jam operasional kendaraan angkutan barang khusus tambang yang berlaku pukul 13.00-16.00 WIB. Namun berdasarkan evaluasi, uji coba tersebut dicabut dan tidak berlaku lagi mulai 13 Maret 2024.

Akhirnya, amarah para transporter memuncak hingga memblokade jalan yang membuat masyarakat Parungpanjang dipaksa untuk tidak bisa melewati jalan tersebut. Bahkan, seorang yang sakit harus menggunakan sepeda motor untuk diantarkan ke rumah sakit.

Bak superhero untuk para pengusaha, Pj Bupati Bogor Asmawa Tosepu kembali membolehkan truk tambang melintasi jalur utama masyarakat di siang hari. Padahal, wacana penutupan itu pernah dilakukan juga saat Iwan Setiawan menjabat Bupati Bogor beberapa bulan lalu. Bahkan sempat diberlakukan penutupan jalur tambang di siang hari.

Namun, keduanya tiada memberi untung bagi masyarakat. Masyarakat tetap terancam dan terganggu dengan adanya truk tambang di siang hari. Meski ratusan mulut masyarakat memprotes, namun protes tersebut hanya terdengar, tidak untuk ditindaklanjuti. Asmawa menyepakati delapan poin dengan para pengusaha tambang, satu poin yang sangat menyakiti hati masyarakat yakni  mengizinkan kembali truk tambang tanpa muatan melintas di Parungpanjang pada siang hari.

“Pertama, pemberlakuan kembali uji coba jam operasional kendaraan angkutan barang khusus tambang kosongan (tanpa muatan), dari arah Tangerang menuju (Parungpanjang) Kabupaten Bogor mulai pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB,” kata Pj Bupati Bogor Asmawa Tosepu.

Kita tidak boleh memprotes apapun, karena dalam forum terbatas itu, dikabarkan ada perwakilan masyarakat yang mewakili ratusan bahkan ribuan masyarakat Parungpanjang. Agak curang memang, penyerapan aspirasi itu hanya diwakili saja, tidak seperti saat pemilu; suara rakyat harus seluruhnya untuk memilih wakil rakyat.

Perjalanan Panjang Parungpanjang

Kita tidak tahu sejauh mana perjalanan dan perihnya masyarakat Parungpanjang yang terus disusupi janji para pemegang kekuasaan. Pemerintah daerah hingga pusat berbondong datang untuk memberikan iba kepada masyarakat. Namun, jalur khusus tambang masih saja berada di atas angan-angan dan harapan rakyat.

Bahkan, mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang menjanjikan pembangunan jalan khusus tambang tidak sama-sama merasakan khawatirnya nyawa dilindas truk, engapnya debu jalanan hingga kekhawatiran ibu terhadap anaknya yang terkena ispa. Beliau sibuk memperkokoh ketokohannya untuk terus melanggengkan sayap dan kembali berjanji pada kontestasi pemilu yang akan datang, heuheu.

Kendati demikian, kita tidak boleh putus asa. Negara demokrasi telah mengatur kita untuk mempercayakan apapun pada wakil rakyat yang dipilih. Penyerapan aspirasi dan aksi demonstrasi memang seharusnya didengar dan direalisasikan oleh para wakil rakyat itu. Kita harus percaya bahwa mereka bisa menjadi malaikat sungguhan di tengah robot malaikat “Malaikat Pencabut Nyawa” yang terus menghantui masyarakat Parungpanjang.

Kita tidak boleh berpasrah begitu saja. Kita masih punya harapan dan keinginan pada pemerintah, meski tak jarang harapan dan keinginan itu hanya mampu mengendap pada hati kita semua; tidak mampu keluar, bahkan terealisasi.

Perjalanan masyarakat Parungpanjang harus menjadi titik balik kita semua, bahwa kita tidak bisa menggantungkan harapan pada satu titik. Kita harus kembali membangun budaya gotong-royong, berkelompok untuk saling menguatkan satu sama lain dan berjejaring untuk membantu satu sama lain. Selain perjuangan hidup bersama, mari kita kembalikan semuanya pada Tuhan.***