Alih fungsi Gedung Bogor Creative Center (BCC) menjadi ruang administrasi pemerintahan, dalam hal ini kantor pajak, bukan hanya keputusan kebijakan yang terburu-buru, tapi juga merupakan tamparan bagi komunitas kreatif yang ada di Bogor, khususnya pegiat di Kota Bogor. BCC yang semula dirancang sebagai ruang ekspresi, kolaborasi, dan pertumbuhan kreatif-rekreasi, kini akan berubah menjadi bangunan birokrasi yang menutup akses masyarakat terhadap ruang publik yang semula inklusif-inspiratif, menjadi ekslusif-normatif.
Salah satu yang sangat merasakan dampaknya secara langsung adalah komunitas Bogor Book Party, yang sejak awal menjadikan BCC sebagai ruang strategis untuk menyelenggarakan kegiatan membaca buku bersama di tengah Taman Kota, diskusi buku, hingga ruang bertemu bagi para pencita buku, hingga pertemuan penulis muda dan pencinta literasi. BCC bukan sekadar tempat, melainkan titik temu bagi semangat kolaborasi lintas komunitas-individu yang selama ini tumbuh dengan semangat mandiri dan penuh dedikasi.

Alih fungsi bangunan BCC ini mencerminkan kebijakan yang kurang tepat sasaran dan jauh dari semangat mendukung ekosistem kreatif lokal. Pemerintah Kota Bogor seolah lupa bahwa pembangunan manusia dan budaya tidak hanya dilakukan melalui kantor-kantor formal, tetapi juga melalui ruang-ruang terbuka yang memberi ruang hidup bagi tumbuh-kembangnya gagasan-gagasan segar dan besar.
Mengambil alih BCC untuk kepentingan administratif sama artinya dengan mencabut akar kreativitas dari pohon kebudayaan yang mulai tumbuh. Kota Bogor tidak kekurangan gedung untuk urusan birokrasi, tapi sangat kekurangan ruang yang aman, gratis, dan strategis bagi masyarakat untuk berkarya.
Mewakili Bogor Book Party, saya dan tentu saja banyak komunitas lainnya, tidak menolak pembangunan. Tapi kami menolak pembangunan berikut alih-fungsi ruang yang mengorbankan ruang hidup kami sebagai insan kreatif. Pemerintah semestinya hadir sebagai mitra memfasilitasi ruang-ruang kreativitas, bukan malah mengambil alih dan merebut hak ruang kreatif. Jika Bogor ingin dikenal sebagai kota yang tumbuh bersama warganya, maka kebijakan seperti ini harus ditinjau ulang.
Karena gedung bisa dipindahkan kapan dan di mana saja, tapi semangat komunitas-individu kreatif punya hak atas ruang hidupnya, mempertahankan ruang hidupnya: sebagai manusia yang merdeka!