Dewan Kesenian Bogor Sebagai Medan Laga & Medan Makna

Croesus showing Solon his Riches – Frans Francken the Younger (1581 – 1642) I Dalam tulisan Orasi Dewan Kesenian 2025, di zine vol.1, saya menutupnya dengan serangkaian persoalan bahwa, masyarakat seniman di Bogor tidak punya waktu lagi, sebab inilah saatnya dan sudah waktunya untuk mengolah daya reflektif-evaluatifnya hari ini: baik di kalangan persona seniman sendiri […]

Ranjang Baru Kesenimanan di Dewan Kesenian

Hanya ada dua proses sekaligus pilihan yang dapat kita tentukan jalannya, pertama, Dewan Kesenian Bogor tidak perlu diaktivasi-direposisi, sebab tidak ada guna keberadaannya-jika Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor dalam sub-bidang kebudayaan/kesenian mampu menampung persoalan karya, kritik, arsip, publikasi, dan dapat menampung serangkaian dialektika, medan laga (atau pengkajian seni) dan makna (atau ekosistem seni) […]

Dialek Sunda di Kota Hujan: Siapa yang Masih Bicara?

Thou Art Weighed in the Balances, and Art Found Wanting (1788) Jika kamu berjalan di pasar tradisional Ciawi, atau duduk ngopi di trotoar Sempur, sesekali akan terdengar percakapan dalam bahasa Sunda. Tapi di sekolah-sekolah, kafe-kafe modern, dan lingkungan perumahan urban di Bogor, bahasa yang dominan justru Bahasa Indonesia dengan aksen Jaksel, bahkan logat Betawi. Dan […]

Filsafat Sudah Mati Sebelum Hidup Di Jurusan — Di Kampus-kampus Bogor

Dead Mother (Tote Mutter) (1898) Dalam diskursus pendidikan tinggi Indonesia yang kian pragmatis, sebuah pernyataan kontroversial kembali mengemuka: jurusan filsafat mending dibubarkan saja. Begitu kira-kira simpul kalimat Ferry Irwandi, melalui sosial media dan forum-forum publik jagat digital. Sekilas, ini terdengar seperti nada anti-intelektual yang murahan. Maka sontak, riuh. Ruang publik bergejolak. Bergemuruh. Sebagian mencibir, sebagian […]

ORASI DEWAN KESENIAN 2025

Trompe L’oeil With Studio Wall And Vanitas Still Life (1668) Ekosistem kesenian, jika dimetaforakan sebagai ekosistem hutan, maka seniman adalah raja hutan: yang bisa saja kita sebut serupa dengan harimau. Seniman harimau itu, betapapun kuat dan menakutkan, jika ia terlepas dari kawanannya, selain akan mati kesepian—ia hanya gagah di atas penderitaannya sendiri. Lebih jauh lagi, […]

KETAKUTAN MENGHADAPI MASA DEPAN KESENIAN BOGOR

A Eurasian eagle-owl with other birds in a landscape 1675 – 1721 Sungguh, saya takut menghadapi masa depan kesenian Bogor! Ketakutan itu bukan pada kuantitas produksi kesenian–juga kebudayaan–masyarakat yang selama ini meletup-letup kecil di antara pembangunan sosial masyarakat. Asalnya, jelas, dari berita-berita dan asupan informasi yang kian hari santar menakutkan, khususnya yang berkaitan dengan kesenian […]

BANGKIT, WARGA! KESENIAN INI TAK AKAN HIDUP TANPA KITA!

The Fall of the Rebel Angels 1562 Coba jawab pertanyaan ini dengan jujur: Kapan terakhir kali kamu benar benar merasa didengar? Bukan sekadar dibalas chat. Tapi didengar. Dipahami. Direngkuh. Kami tidak bicara tentang negara. Kami sadar ia tuli dan tebal muka. Kami juga tidak bicara tentang birokrat budaya. Mereka cuma sibuk bikin agenda, mengisi laporan, […]

DAN YANG TAK SEMPAT DICATAT

The Fall of the Rebel Angels (1562) “BEGITU PANJANG RIWAYAT BANGSA, TETAPI HARI INI KITA BARU PANDAI MEMUJA MASA LALU.” —Wiji Thukul Kutipan dari Wiji Thukul itu terasa tepat menggambarkan kenyataan hari ini. Ketika sejarah hanya hadir sebagai pujaan, bukan pelajaran. Ketika ingatan kolektif dilipat-lipat dan disimpan terlalu rapat, hingga kita sendiri nyaris lupa rupa […]

Okupasi Bukan Pilihan, Ia Kebutuhan: Dari Taman ke Taman, Kami Menolak Bubar

Sabtu malam, 31 Mei 2025. Kota Bogor belum mandi, tapi awan sudah menggumpal. Hujan pun turun berserakan, seperti perasaan yang sejak lama tak diungkapkan. Seperti sarkasme Tuhan atas kota yang sibuk membersihkan diri dari rakyatnya sendiri. Dan di situlah kami, dengan kepala-kepala basah, berkumpul di Taman Corat-Coret—tempat yang namanya saja sudah cukup menjelaskan bahwa ini […]

Ketika Gedung Kesenian Kamuning Gading Direvitalisasi, Dewan Kesenian Bogor Harus Segera Direposisi

Setelah cukup panjang polemik gedung kesenian Kamuning Gading berlangsung, kini akhirnya masyarakat seniman kembali mendapatkan respons dari pihak pemerintah Kota Bogor yang menyatakan akan merevitalisasi Kamuning Gading dengan rencana anggaran biaya sebesar Rp 9.323.186.411 memakai uang APBD 2026. Ditambah, pihak pemerintah sudah mengeluarkan desain bangunan berikut gambaran wujud hasil dari revitalisasinya ke beberapa kelompok/komunitas kesenian […]