Di Kantor Bupati Bogor Tahun 1948 dan Puisi Lainnya

dok. halimunsalaka


Akad Pajajaran

dengan satu bibit pohon kawung dan sebilah kujang, aku akan menuntunmu ke hadapan penghulu langit, tempat pernikahan segala nasib dipamerkan, waktu di mana hari perpisahan hidup ditentukan

—tenggelam dalam bahasa kematian.

2022-2024

Daulat Sepuh!

sudah waktunya berikan padaku seri lengkap naskah Pantun Bogor yang kau sembunyikan di bawah kasur empuk sejarah dan bantal budaya

maka akan kucabut Batu Tulis dari akarnya, akan kugali-gali lajur waktu yang membentengi ruas-ruang masa lalu

dan akan kutuliskan jalan cerita tentang rupa-rupa makna:

kelahiran kotaku dan kehancuran keraton berjajarmu.

Cipakancilan, 2024

Di Kantor Bupati Bogor Tahun 1948

di meja bundar kami berhadapan. Ipik Gandamana memandang tajam ke arahku, bertanya di mana tempat peristiwa masa lalu — tumpah darah para pejuang angkatanku?

—kujawab: di dalam bayangan namamu dan di dalam jasadmu.

di meja bundar kami berhadapan. Ipik Gandamana semakin tajam menatap ke arahku, bertanya apakah hanya itu yang kamu tahu tentang perjuanganku?

—kujawab: semua kenangan dan pengetahuan telah lenyap oleh para penggantimu, generasi angkatan setelahmu, dan oleh anak-cucumu.

di meja bundar kami terus berhadapan. Ipik Gandamana duduk di kursi waktu masa lalu dan aku duduk di kursi waktu masa kini. Semua itu terjadi ketika kucari-cari berapa juta nama yang hilang dan tak tercatatkan dalam sejarah perjuangan Bogor ini.

Malasari, 2018
Pamijahan, 2024