Di Perpustakaan Erasmus Huis dan Puisi Lainnya

Di Perpustakaan Erasmus Huis dan Puisi Lainnya

dok. halimunsalaka


Ketika

ketika Tuhan Yang Maha Kaya sudah terisi berapa tabungan hidupmu?

Tabungan hidupku masih pencarian jalan panjang pemaknaan berisi catatan hanya tulisan pengkaryaan kehidupan yang kupersembahkan

ketika Tuhan Yang Maha Kaya apakah hanya itu tabungan hidupmu?

ada mahakarya megalit, arca, candi, artefak manik-manik peninggalan peradaban lampau — ada berbagai naskah kuna cerita peradaban nenek-moyang — dan ada bank pemakaman harta-karun ilmu-pengetahuan, itulah tabungan hidup yang kuperjuangkan.

Pamijahan-Bogor, 2023

Di Perpustakaan Erasmus Huis

(diam-diam kutatap tajam patung seorang pria yang tegak berdiri, di bawahnya tertulis keterangan, ini replika patung Husein Djajadiningrat karya Schonk. Patung aslinya disimpan di Gedung Akademi Universitas Leiden)

ketika mitologi serupa cinta yang tumbuh di lubuk hati, tempat segala supranatural mendiami-mendalami pengetahuan, kata-kataku bagai Husein Djajadiningrat, tegak lurus dan hadir membelakangi Eropa

walau aku hanya yatim-piatu dari soal pilihan ganda sejarah, dari kuis ragam kebudayaan, dan dari esai kemurunganku terhadap situasi bangsa, nyatanya rakyat selalu siap bertahan di tengah amukan zaman: badai masa silam antar Raja-raja, antar gubernur jenderal, antar senopati-adipati-bupati, antar tokoh-tokoh para pejuang kemerdekaan, dan antar peralihan kekuasaan dari presiden ke presiden, mampu dilewati sampai sekarang — rakyat terus hidup, bertahan, dan berkembang

kini waktunya panen ilmu di kebun khatulistiwa, tumbuhan-tumbuhan yang ditanam leluhur kita sudah matang sejak tanah dipupuki darah dan disirami air mata. kini waktunya mengolah pengetahuan di dapur samudera nusantara, kekayaan-keindahan makna yang dilayari leluhur kita sudah terpetakan dengan berjuta-juta nyawa direnggut gelombang prahara

ketika mitologi serupa cinta yang tumbuh di lubuk hati, tempat segala supranatural mendiami-mendalami pengetahuan, kata-kataku bagai Husein Djajadiningrat, tegak lurus dan hadir membelakangi Eropa

(diam-diam kutulis sajak ini, sambil terus menatap tajam patung Husein Djajadiningrat yang tegak berdiri, sambil memandang jutaan buku-buku di rak masa lalu dan masa kini)

Jakarta, 2024

Di Perpustakaan KITLV-Jakarta

adakah jalan bagi kita memasuki gerbang masa silam selain catatan peninggalan, selain pekerjaan para arsiparis waktu yang menampung ruang-ruang peradaban di dalam naskah-naskah lesuh

di sini sejarah berlangsung sunyi, bangsa-bangsa meringkus pelajarannya, menandai garis lintang di halaman buku, meneroka daya cipta tiap suku, mencatat semua peristiwa-kejadian itu untuk disodorkan sebagai metode ilmu, sebagai cakrawala pengetahuan, dan sebagai visualisasi kenangan

adakah jalan bagi kita untuk berkunjung ke taman masa silam selain makna pembacaan, selain menelanjangi rute rahasia kajian para ilmuwan, sejarawan-budayawan, seniman, sastrawan, yang menempuh ruang – menjelajah waktu dalam karya-karya se-ajaib kandungan ibu.

Jakarta, 2024