Kebun Raya: Prosesi Cinta di Balik Luka Alamnya

Kebun Raya: Prosesi Cinta di Balik Luka Alamnya

Foto: halimunsalaka.com


Pada kenyataannya, Gunung Halimun Salak dan Gunung Gede-Pangrango lebih memuliakan peninggalan Reinwardt dan Teijsmann, Kekasih, daripada pembuatan (pertambangan) Geotermal yang direncanakan di lereng Gede-Pangrango dan sudah berlangsung sejak lama (pengerukan) terjadi di lereng Gunung Halimun Salak, menyebabkan ketidak-seimbangan bahkan kerusakan secara besar-besaran atas ekosistem alam-lingkungan: tumbuhan, hewan, dan kita manusia, jika terus-terusan tumpang-tindih, bunuh-membunuh, sangat mungkin di masa depan akan terjadi kehancuran hidup bersama.

Aku jadi ingat, Kekasih. Aku pernah bercerita padamu, pada waktu-waktu yang lalu, ketika kita berkunjung ke Kebun Raya Bogor, duduk di samping Tugu Peringatan Casper Georg Carl Reinwardt, yang menghadap tepat ke istana Bogor — dijaga berpuluh-puluh para keamanan Negara. Lalu, disambung ketika kita akhirnya berkunjung juga ke Kebun Raya Cibodas, di depan kolam besarnya terdapat berpuluh orang Arab sedang tamasya-piknik-keluarga, dan kita duduk membelakanginya menghadap tepat ke pemandangan gagah-eloknya Gunung Gede-Pangrango. Ceritaku itu kupersembahkan serupa lakon air, mengalir dari hulu ke hilir.

Dan hari ini, cerita itu akan kubagikan pada khalayak ramai, Kekasih. Entah, aku pun tak tahu, apakah dapat menjadi pembelajaran hidup, atau justru malah memperkeruh kehidupan mereka. Namun, itu bukanlah urusanku, kamu pun tahu itu, aku sekarang orangnya bisa tahan/ sudah berapa waktu bukan kanak lagi/ tapi dulu memang ada suatu bahan/ yang bukan dasar perhitungan kini, kalau meminjam sebait puisi Chairil yang fenomenal itu, mungkin begitulah.

***

Di Kebun Raya Bogor

Dalam catatan sejarah, Kekasih, seingatku semua sepakat bahwa, pendiri ‘s Lands Plantentuin (Kebun Raya Bogor, hari ini), nama itu yang diberikan oleh orang Belanda untuk nama Kebun Raya, dan dialah orangnya yang ada di muka Tugu itu pendirinya, bernama Casper Georg Carl Reinwardt, seorang Jerman yang pindah ke Amsterdam, Belanda, dan mempelajari ilmu pasti-alam, dengan spesialisasi Botani dan Ilmu Kimia.

Kamu mesti tahu kekasih, pada tahun 1817, si Reinwardt yang saat itu berusia 44 tahun diangkat menjadi Kepala Usaha Pertanian, Kesenian dan Pengetahuan untuk Jawa dan pulau-pulau sekitarnya. Ia sangat tertarik untuk menyelidiki tumbuhan yang digunakan secara luas oleh orang Jawa untuk keperluan rumah-tangga dan obat-obatan. Reinwardt dengan semangat memutuskan untuk mengumpulkan seluruh tumbuh-tumbuhan itu dalam suatu kebun botani di Bogor, dan pada waktu itu Bogor masih disebut Buitenzorg (yang berarti tanpa resah-risau-cemas atau apalah itu).

Hal itulah, Kekasih, yang memberikan kesempatan baginya untuk mengoleksi tumbuhan dan segala biji-bijian dari berbagai wilayah Semenanjung Malaya. Kebun Raya inilah pada akhirnya menjadikan Bogor sebagai pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. (sebentar aku akan kembali membuka bukunya, “Empat Rute Jalan Kaki Dengan Panduan – Kebun Raya Bogor”, biar cerita lebih menarik dan tak ngawur ke mana-mana. Heiheee).

Aku lanjutkan, ya. Itulah mengapa pada tanggal 18 Mei 1817, lahan seluas 47 hektar yang berbatasan dengan istana Gubernur Belanda ditetapkan sebagai Kebun Raya. Reinwardt menjadi direktur pertama Kebun Raya Bogor dari tahun 1817 hingga 1822, suatu periode di mana sekitar 900 tumbuhan ditanam di Kebun Raya ini.

Padahal sebelumnya, dari tahun 1811 hingga 1816 seorang yang bernama Sir Thomas Stamford Raffles menjadi Gubernur di Jawa dan selama menetap di Buitenzorg berupaya membentuk Kebun Istana menjadi taman bergaya Inggris. Si Thomas itu bahkan membawa dua penata taman dari Kebun Raya Kew di London, Inggris.

Itulah mengapa ada monumen yang didirikan Raffles sebagai kenangan atas istrinya, bernama Lady Olivia Mariamne, yang meninggal pada tanggal 20 November 1814 di Bogor pada usia 43 tahun dikarenakan menderita penyakit malaria. Sebagaimana sudah kita lihat tadi ketika berjalan, ada bangunan yang ber-cat putih dan dihiasi warna kuning-keemasan, berpilar delapan, dan di tengahnya terdapat tugu berbentuk persegi dengan ornamen berbentuk cawan di atasnya, bertuliskan dalam bahas Inggris, begini terjemahan bebasnya: “Kamu yang selalu berada di hatiku, tak pernah sedikitpun kulupakan, walaupun takdir memisahkan kita, janganlah pernah lupakan aku”. Sangat puitis, bukan?

Sedangkan mengenai Katalog tanaman Kebun Raya yang pertama, Kekasih, (914 spesies) dipublikasi pada tahun 1823 oleh C.L. Blume (Kepala Kebun Raya dari tahun 1822 hingga 1826). Buku itu masih menjadi dasar katalog yang masih dipergunakan hingga dewasa ini.

Lalu, pada tahun 1830, ada seorang yang bernama Johannes Elias Teijsmann, penata taman bangsa Belanda, menjadi kurator Kebun Raya Bogor dan menghabiskan waktu lebih dari 50 tahun untuk mengembangkan Kebun Raya Bogor. Tujuh tahun kemudian justu Karl Hasskarl diangkat menjadi asisten kurator dari Teijsmann dan ia meyakinkan direktur untuk menata-ulang pola tanam di Kebun Raya Bogor berdasarkan suku taksonomisnya.

Kegiatan seperti itu, Kekasih, merupakan kerja besar-besaran karena sebagian besar koleksi harus ditanam-ulang. Beberapa pohon yang terlalu besar untuk dipindahkan, saat ini dapat dilihat dari tanggal penanamannya yang tadi sudah kita lihat secara acak, dan ditulis pada label berwarna merah.

Sejalan dengan itu, ada juga si Hasskarl mengusulkan adanya perpustakaan, yang akhirnya dibuka pada tahun 1842, sebagai Bibliotheca Bogoriensis, dan terpisah untuk Herbarium Bogoriense yang dibuka pada tahun 1844 Pada tahun 1844 Hasskarl menulis buku katalog tanaman yang kedua, yang mendaftar lebih dari 2800 spesies.

Selama bertahun-tahun Teijsmann membawa ribuan tumbuhan ke Bogor dari hasil perjalanannya di Semenanjung Malaya. Pohon flamboyan, Delonix regia, yang berbunga merah menyala dan dapat dijumpai di seluruh Indonesia, dibawa oleh Teijsmann dari Singapura pada tahun 1848. Tanaman ini menarik, sebab berbunga dari bulan September hingga Januari.

Pada tahun 1848 Kebun Raya memperoleh empat biji kelapa sawit, Elaeis guineensis, dari Afrika Barat. Biji-biji ini merupakan spesimen pertama yang diintroduksikan ke Indonesia. Sayangnya, pohon terakhir yang berasal dari keempat biji kelapa sawit ini mati pada tahun 1993. Namun demikian, proses anakannya sudah menyebar ke seluruh Asia Tenggara. Kelapa sawit merupakan tanaman ekonomis penting yang menjadi andalan ekspor Indonesia. Kelapa sawit juga penting sebagai sumber pangan dan memiliki serat yang digunakan untuk tali, tikar, dan sapu.

Si Teijsmann juga dikenang karena membawa ubi kayu, bernama Manihot esculenta, yang menjadi salah satu sumber pangan pengganti sebelum padi dipanen, atau jika terjadi kegagalan panen. Pada mulanya ubi kayu ditemukan di Batam, suatu pulau di dekat Sumatera, tumbuh sebagai tanaman pagar. Saat ini ubi kayu tumbuh di seluruh Indonesia dengan nama lokal yang berbeda- beda, semisal singkong, ketela, atau ubi perancis Umbi akarnya merupakan sumber pangan yang serba guna dan daunnya yang mengandung racun sianida hanya dapat dimakan jika terlebih dahulu direbus.

Perubahan yang dilakukan terhadap Kebun Raya oleh Teijsmann selama lima-puluh tahun masanya menjadi kurator dapat dilihat dengan membandingkan peta Kebun Raya Bogor antara tahun 1826 dengan tahun 1867. Tepat pada tahun 1852 dan 1854 Kebun Raya Bogor memiliki peran penting dalam memperkenalkan kina ke Jawa, sari-pati yang digunakan untuk mengobati malaria.

Selanjutnya, bibit pohon kina tersebut di tanam di kebun yang ada di Cibodas oleh Teijsmann. Pemilihan kebun yang berada di Cibodas ini, tentu dikarenakan kebun di sana dirasa cocok untuk menjadi tempat aklimitasi pohon kina. Iklimnya yang sedang dirasa sesuai dengan daerah asal dari pohon kina biasanya tumbuh, sebagaimana di negara-negara seperti pegunungan Andes termasuk di Bolivia, Kolombia.

Nah, Kekasih, itulah cikal-bakal hadirnya Kebun Raya Cibodas, berawal dari salah satu kebun percobaan yang didirikan oleh Teijsmann di Kebun Raya Bogor, awalnya bernama Monumen Alam Tjibodas. Dengan begitu, Kebun Raya Bogor lalu melahirkan Kebun Raya Cibodas sebagai wahana-tempat pengembangan kina di Hindia Belanda dan menjadi kebun cadangan kedua. Sebagai penghargaan atas kerja Teijsmann, di dalam Kebun Raya Bogor didirikan tugu peringatan yang diletakkan di Taman Teijsmann, dan empat spesies pohon jati dan verbena dari marga Teijsmaniodendron dinamakan atas beliau, seperti yang tadi sudah kita lihat.

Menarik bukan, Kekasih? Kelanjutan hubungan Kebun Raya Bogor dan Cibodas akan kita bahas nanti, ya, ketika kita berkunjung langsung ke sana, aku janji lain waktu akan mengajakmu ke sana, sekarang mari kita bergegas pulang. Sebab, Kota Bogor sering mendatangkan hujan tanpa undangan, apalagi ketika petang menjelang.

Di Kebun Raya Cibodas

Cerita sewaktu kita di Kebun Raya Bogor itu, Kekasih, kamu pasti masih mengingatnya, sebagaimana janjiku, aku akan mengajakmu ke Kebun Raya Cibodas, dan sudah aku tuntaskan janjiku hari ini. Sekarang kita sedang di lereng Gunung Gede-Pangrango, coba lihatlah dengan seksama, apa bedanya Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas yang kita kunjungi kemarin-lalu dan hari ini?

Kebun Raya Cibodas, tentu tidak terlepas dari pendirian Kebun Raya Bogor, Sayang.  Johannes Elias Teijsmann bertumpu pada penelitian yang dilakukan pendiri Kebun Raya Bogor Caspar Georg Carl Reinwardt pada tahun 1817, sebagaimana ceritamu, kebun ini akhirnya menjadi Hutan Cadangan Botani di bawah pengelolaan Kebun Raya Bogor.

Sebagaimana ceritamu juga, Teijsmann merupakan seorang peneliti botani yang aktif di Hindia Belanda pada abad ke-19. Dia merupakan Direktur Kebun Raya Bogor pada tahun 1830-an dan kemudian diangkat sebagai Inspektur Taman-taman di Jawa. Seorang yang memiliki minat yang besar dalam penelitian botani dan mengenali potensi kawasan Cibodas sebagai tempat yang ideal untuk mendirikan kebun raya baru. Upayanya memunculkan gagasan untuk mendirikan kebun botani di Cibodas akhirnya diwujudkan dengan pembentukan Kebun Raya Cibodas pada tahun 1862.

Sangat menarik, Sayang, ketika pewarisan ilmiah dan kontribusi Teijsmann dalam memahami dan mendokumentasikan keanekaragaman hayati di wilayah tersebut, ternyata merupakan landasan penting bagi pengembangan kebun raya Cibodas ini. Namanya sering dikaitkan dengan berbagai spesies tumbuhan yang dia koleksi dan dokumentasikan selama bertahun-tahun di Hindia Belanda.

Dan menurutku itulah mengapa Kebun Raya Bogor dan Cibodas merupakan hubungan Johannes Elias Teijsmann yang erat dengan Caspar Georg Carl Reinwardt, terutama dalam konteks pengembangan Kebun Raya Bogor. Reinwardt adalah pendiri Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1817, ia diangkat sebagai Kepala Kebun Raya yang baru dibentuk oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Thomas Stamford Raffles. Teijsmann menjadi Direktur Kebun Raya Bogor pada tahun 1830-an setelah Reinwardt. Teijsmann melanjutkan dan mengembangkan kerja-kerja yang telah dilakukan oleh Reinwardt.

Bahkan setelah Reinwardt meninggalkan jabatannya sebagai kepala kebun raya, Teijsmann mengambil alih posisinya. Hal ini menunjukkan adanya kontinuitas dalam pengelolaan kebun raya di Bogor, dan Teijsmann meneruskan warisan ilmiah dan administratif yang ditinggalkan oleh Reinwardt, yang mana keduanya memiliki minat yang kuat dalam pengumpulan dan penelitian di dunia tanaman. Reinwardt lalu dikenal karena memulai koleksi tanaman di Kebun Raya Bogor, sementara Teijsmann melanjutkan dan memperluas koleksi Kebun Raya ini.

Teijsmann, sebagai ahli botani, juga melibatkan diri dalam penelitian ilmiah dan pengumpulan spesimen botani yang berharga. Kebun Raya Bogor, di bawah kepemimpinan Reinwardt dan kemudian Teijsmann, menjadi salah satu pusat penting bagi penelitian botani dan keanekaragaman hayati di Hindia Belanda, Indonesia hari ini. Keduanya berkontribusi pada pemahaman kita tentang flora dan fauna di wilayah tersebut.

Hubungan Reinwardt dan Teijsmann menciptakan fondasi yang kuat bagi pengembangan ilmu botani di Hindia Belanda, dan karya mereka di Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas memainkan peran penting dalam sejarah kebun raya di Indonesia.

Eits! Menarik juga jawabanmu (anak siapa dan orang mana sih kamu? Heuheu). Baiklah, heihee maaf, sekarang aku akan serius, Kekasih, sebagaimana katamu Kebun Raya Bogor dan Cibodas memainkan peran penting dalam sejarah kebun raya di Indonesia itu, memanglah tepat.

Selama 40 tahun (1905-1940), lagi-lagi dalam catatan sejarah yang kubaca, terjadi dua perang terkenal di dunia: pertama lewat krisis ekonomi dunia, dan kedua perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Antara tahun 1900 hingga 1930 para direktur Kebun Raya Bogor tak banyak mengalami masalah keuangan karena posisi ekonomi Hindia-Belanda yang relatif kuat pada waktu itu. Malahan semakin banyak peneliti tamu yang tertarik menggunakan Laboratorium dan keberhasilan ini mendorong pembukaan Laboratorium Treub yang baru pada tahun 1914.

Namun, Kekasih, hingga tahun 1927, sedemikian banyak tanaman yang telah diintroduksikan hingga terjadi kekurangan lahan. Oleh karena itu wilayah di sebelah Timur sungai Ciliwung ditambahkan. Bagian Selatan dari areal ini ditanami serupa dengan bagian utama Kebun Raya Bogor, sisanya dibiarkan sebagai padang rumput, jalan besar, kolam- kolam, rumah kaca untuk anggrek, dan kedai-kopi, Cafe Botanicus.

Pada tahun 1928, Putri Astrid dari Belgia mengunjungi Kebun Raya Bogor dengan Pangeran Leopold untuk berbulan madu Untuk menghormati beliau satu jalan besar di bagian Kebun Raya yang baru ditanami pohon-pohon Damar, Agathis dammara (Arauc) dan bunga tasbih, Canna hybrida (Canna), berbunga merah dan kuning serta berbatang dan daun hitam (warna-warna bendera Belgia).

Katalog Kebun Raya Bogor yang paling lengkap, berjudul, “An Alphabetical List of Plants cultivated in the Botanic Garden Buitenzorg” itu ditulis oleh Dakkus pada tahun 1930, dan diperbaharui pada tahun 1957 dan 1963. Sedangkan resesi ekonomi tahun 1930 mempengaruhi Kebun Raya dalam hal berkurangnya ketersediaan dana, sehingga terjadi pengurangan jumlah staf ilmiah, penelitian, dan pemeliharaan kebun.

Dengan begitu, Kekasih, pada tanggal 8 Desember 1941 pemerintah Hindia-Belanda mengumumkan keadaan perang melawan Jepang. Bala-tentara Jepang memasuki Kota Bogor pada bulan Maret 1942 dan setahun kemudian mengambil-alih kepemimpinan Kebun Raya Bogor dan Herbarium. Prof. T. Nakai, botanikus bangsa Jepang, diangkat menjadi direktur Kebun Raya Bogor dan Kanehira, juga botanikus bangsa Jepang, menjadi kepala Herbarium. Kedua orang ini bertindak melindungi Kebun Raya dan Herbarium dari tentara Jepang yang memaksa agar pohon-pohon dalam Kebun Raya ditebang untuk dimanfaatkan kayunya. Dibawah pengawasan mereka Kebun Raya diberi nama Shokubutsuen (artinya: Kebun Raya).

Selama Perang Dunia II, Kebun Raya Bogor ditutup dan pada akhir perang menjadi sangat berantakan karena tak terpelihara, juga karena perusakan, dan pencurian. Bunga Rafflesia yang ada di Kebun Raya hilang dan sejak itu, sangat disayangkan. belum dapat diintroduksikan kembali. Tentulah, itu hanya bagian kecil ceritanya, Kekasih. Banyak prosesi cinta yang tumbuh di dalamnya — melengkapi perjalanan Kebun Raya Bogor dan Cibodas.

Kebun Raya Indonesia

Sejalan dengan itu, Kekasih, hubungan dengan Kebun Raya Indonesia, ialah ketikaBelanda kembali mengelola Kebun Raya dari tahun 1945 hingga 1949, ketika Indonesia memperoleh kemerdekaan penuh dan mengambil alih pengelolaan Kebun Raya Bogor oleh Kusnoto Setyodiwirjo menjadi Direktur bangsa Indonesia yang pertama, dan Soedjana Kassan kurator pada tahun 1949-1959. Kassan kemudian menjadi kepala Kebun Raya pada tahun 1959. Selama beberapa tahun kemudian, ketidak-stabilan politik menyebabkan Kebun Raya mengalami kekurangan staf dan dana.

Pada tahun 1962, Kebun Raya Bogor menjadi bagian dari Lembaga Biologi Nasional (LBN), di mana Otto Soemarwoto diangkat menjadi direkturnya pada tahun 1964. Ia mendorong dilakukannya penelitian ilmiah murni, juga mengembangkan Kebun Raya sebagai Lembaga Penelitian Biologi Tropika, yang pada akhirnya memberikan beragam keuntungan bagi bidang pertanian, industri farmasi, dan kesehatan.

Dimulainya era Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto-lah (1967), Kekasih, menyebabkan Kebun Raya memperoleh lebih banyak dana untuk pendidikan dan penelitian sehingga keadaan Kebun Raya menjadi lebih baik. Pada awal Repelita I, penelitian dilakukan dengan bekerja-sama dengan semua departemen lain yang dibawahi LBN dan dipusatkan pada aspek-aspek seperti foto-periodisitas tanaman, pengendalian gulma dengan herbisida, dan genetika dari sejumlah tanaman bernilai ekonomi.

Penelitian integral yang dilakukan selama Repelita I, dilanjutkan pada Repelita II, tetapi dengan menyertakan penelitian seperti pemanfaatan sumberdaya alam misalnya pembuatan kompos dari sampah rumahtangga, dan pemanfaatan tanaman obat-obatan. Ada pula penelitian untuk memuliakan tanaman jeruk limau meningkatkan kandungan karbohidrat sejumlah marga temu-temuan (Zing), dan kultur jenis-jenis anggrek tertentu diterbitkan pada masa pimpinan Didin S. Sastrapradja pada tahun 1978 dan diperbaiki pada masa pimpinan Usep Sutisna pada tahun 1985.

Tahun 1978 didirikan juga Kebun Botani Serpong, suatu kompleks seluas 350 hektar di desa Serpong, sekitar 30 km di sebelah Utara Bogor. Di tempat ini dilakukan penelitian untuk pemuliaan spesies buah-buahan misalnya jeruk langsat, rambutan, jambu biji, manggis, avokad, mangga dan durian. Dengan SK Menteri, pada tahun 1983 Kebun Raya terlibat secara resmi dalam administrasi Kebun Botani Serpong.

Dengan dukungan dana dari Ibu Siti Hartinah, istri presiden Soeharto, rumah kaca anggrek diperluas pada tahun 1977 Pada saat itu disadari bahwa koleksi anggrek Kebun Raya Bogor hanya merupakan bagian kecil saja dari jumlah spesies anggrek liar yang ada di Indonesia. Karenanya, sejak 1985 dilakukan perjalanan ke seluruh kepulauan Indonesia untuk menambah koleksi anggrek, kini diperkirakan rumah kaca anggrek menyimpan koleksi yang sangat beraneka-ragam dan berharga, dan hanya dibuka untuk pengunjung yang memiliki izin khusus.

Sekitar tahun 1980-an, Kekasih, Lembaga Biologi Nasional ditata-ulang dan dipecah menjadi Puslitbang Biologi dan Kebun Raya Pada tahun 1990, Sampurno Kadarsan menyerahkan manajemen Puslitbang Biologi pada Soetikno Wirjoatmodjo dan Suhirman menjadi kepala Kebun Raya.

Maka, Kekasih, dengan berlalunya waktu, Kebun Raya Bogor mengalami banyak perubahan gedung baru dibangun dan koleksi tanaman bertambah. Perubahan alami juga terjadi, pohon dan tanaman baru tumbuh dan pohon- pohon tua tumbang dimakan usia, rayap, atau karena hujan angin.

Kebun Raya Bogor menjadi tempat rekreasi bagi penduduk sekitar dan wisatawan Kunjungan wisatawan manca-negara meningkat sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong perkembangan pariwisata. Sebagai upaya mengatasi masalah peningkatan jumlah pengunjung, pada tahun 1996 Rotary Club Bogor mengawali kampanye untuk meningkatkan kesadaran pengunjung akan pentingnya menjaga kebersihan Kebun Raya.

Mitra Kebun Raya Indonesia, suatu organisasi nirlaba dibentuk pada September 1994 bagi anggota yang mau terlibat aktif dalam berbagai kegiatan untuk kepentingan Kebun Raya Indonesia dan juga untuk meningkatkan kesadaran akan isu lingkungan dan perlindungan tanaman bagi kepentingan masyarakat.

Di bawah arahan Dr. Ir. Suhirman, penelitian terus dilakukan oleh peneliti Kebun Raya yang mengkhususkan diri pada potensi pemanfaatan tumbuhan asli Indonesia dan perlindungan spesies langka dan terancam punah. Para peneliti ikut serta dalam penjelajahan hutan hujan tropis, pengumpulan data dan koleksi tanaman untuk Kebun Raya

Jaringan-kerja Indonesia untuk Konservasi Tanaman didirikan pada April 1994, dengan tujuan utama untuk mewadahi komunikasi dan kerjasama antara organisasi, kelompok, lembaga, dan perorangan di bidang konservasi yang bekerja di Indonesia dan rekanan internasionalnya. Indonesia Konservasi Tanaman memberikan layanan seperti warta per-kuartal bernama Eskplorasi, data-base keanggotaan, pustaka sumber, konferensi tahunan, seminar, pertemuan informal, dan penelitian kerjasama. Sarana utama jaringan-kerja inilah merupakan warta Eksplorasi yang diterbitkan Kebun Raya, yang berisi artikel-artikel mengenai kegiatan pelestarian alam di tingkat nasional, regional, dan internasional.

Dan seterusnya. Dan sebagainya. Begitulah, Kekasih, sebagaimana kita lihat bersama wujud, struktur, dan tetek-bengek yang ada di Kebun Raya itu, tak akan lepas dengan ceritaku yang tak lengkap dan pendek ini, tentunya.

***

Kekasih. Dalam cerita itu, entah mengapa aku merasa ada yang terus mengganjal-merasuki perasaan dan pikiran. Itulah mengapa, di awal aku mengatakan: pada kenyataannya, Gunung Halimun Salak dan Gunung Gede-Pangrango lebih memuliakan peninggalan Reinwardt dan Teijsmann, Kekasih, daripada pembuatan (pertambangan) Geotermal yang direncanakan di lereng Gede-Pangrango dan sudah berlangsung sejak lama (pengerukan) terjadi di lereng Gunung Halimun Salak, menyebabkan ketidak-seimbangan bahkan kerusakan ekosistem alam-lingkungan: tumbuhan, hewan, dan kita manusia, jika terus-terusan tumpang-tindih, bunuh-membunuh, sangat mungkin di masa depan akan terjadi kehancuran hidup bersama.

Sebab, aku merasa, ketika Kebun Raya Bogor tercipta, mengapa lalu terjadi (walau sudah berulang-kali dirusak) kerusakan di Gunung Halimun Salak melalui Geotermal (berbagai tambang lebih luasnya)? Dan aku juga berpikir, ketika Kebun Raya Cibodas juga diciptakan, mengapa lalu hendak terjadi pula (walau sudah berulang-kali dirusak) kerusakan di Gunung Gede-Pangrango, lagi-lagi akan melalui Geotermal (berbagai tambang lebih luasnya)?

Kekasih, apakah Kebun Raya sengaja dibuat agar pegunungan-hutan lainnya dapat dimanfaatkan bahkan dieksploitasi secara besar-besaran — walaupun dengan sadar memanfaatkan berlebihan itu mereka sama saja dengan merusak kehidupan? Apakah dengan adanya Kebun Raya, semua kehidupan tumbuhan bisa dimuseumkan, dan jika hutan-pegunungan tiba waktunya tandus-kering anak-cucu kita setidaknya masih bisa melihat berbagai tumbuhan itu walau hanya di Kebun Raya? Dan aku rasa, itu juga berlaku untuk kehidupan hewan yang sekarang sudah banyak di Kebun Binatang, dan sangat sedikit dan bahkan sebagian punah di hutan-pegunungan kita.

Apakah dengan demikian, manusia-manusia yang sengaja merusak alam-lingkungan serta kehidupan tumbuhan dan hewan itu, sebagai gantinya mereka dengan enteng mengatakan bahwa, Kebun Raya dan Kebun Binatang adalah solusinya ketika hutan-pegunungan telah rusak bahkan habis tak tersisa. Apakah benar demikian, cara begini yang diharapkan para Kolonialisme dahulu? Jika yang diharap-impikan para Kolonialisme benar begitu, mengapa mereka hari ini malah mengikuti jejaknya? Bukankah kita sudah merdeka, Kekasih? Apakah kemerdekaan pemerintah lain maknanya dengan kemerdekaan rakyat?

Aku bahkan tak mengerti. Dan kamu pastilah mengerti semua itu, kekasih? Merekalah yang pada kenyataannya tak mengerti hidup ini. kalau boleh merespon suasana di dalam sajak Rendra, sesuai perasaanku, mungkin begini: mereka tak akan mengerti bagaimana kesepianku menghadapi kemerdekaan tanpa cinta. Mereka tak akan mengerti segala lukaku, karena cinta telah sembunyikan pisaunya. Membayang alam-lingkungan ini adalah siksa.

Lalu, bagaimana ya dengan lautan, apakah bernasib sama seperti hutan-pegunungan? Apakah ada juga Pantai Raya, atau semacam museum terumbu-karang dan berbagai ikan-ikan, agar perusakan lautan dapat secara terang-terangan dan dapat membabi-buta, sebagaimana sudah terjadi dan tercipta Kebun Raya dan Kebun Binatang pada kehidupan hutan-pegunungan ini?

Bangun, sayang, eih ayo, banguuuuuun, pagi sudah menjelang. Mari kita bergegas pulang.

Apakah aku tertidur dengan mengigau-meracau?

Ya. Kamu pasti bermimpi, sebab terlalu nyenyak dan nyaman tidur di pangkuanku malam ini.

Sumber Bacaan:

Buku Empat Rute Jalan Kaki Dengan Panduan Kebun Raya Bogor. PT Bogorindo Botanicus: 1997

Buku Menjelajah Kebun Raya Bogor: Era Belanda Hingga Abad Milenial. Tempo Publishing: 2019

Buku Kebun Raya Bogor dan Sejumlah Tantangannya. Tempo Publishing: 2019

Buku Pesona Keindahan Kebun Raya Cibodas. Tempo Publishing: 2022

  • Manusia yang menyenangi pembelajaran di dunia perkebunan kata, pembacaan fenomena-peristiwa, dan penulisan yang tak pernah selesai menunggu sampai di mana dan akan bagaimana permainan labirin kehidupan ini selesai.

    Lihat semua pos