Tim penelitian riset Mulyaharja melakukan pengecekan lokasi ke Kampung Nyalindung, Desa Sukamantri, Kabupaten Bogor—Jawa Barat, Kamis (28/08/25).
“Diduga lokasi Desa Nyalindung ini menjadi asal muasal sebuah prasasti yang sekarang ada di Museum Nasional Jakarta,” ungkap Ketua Tim Riset Muhammad Alnoza.
Prasasti yang diberi nama Prasasti Nyalindung tersebut pertama kali dicatat dalam catatan Jaarboek Bataviasche Genootschap.
Dalam catatan tersebut disebutkan bahwa telah ditemukan sebuah batu bertulis yang kondisinya telah aus sehingga sulit untuk dibaca. Namun kini, tengah diusahakan oleh tim peneliti agar sebisa mungkin terbaca isinya dan dapat diambil fragmen misteri peninggalannya.
“Sabar, pelan-pelan kami masih berupaya membacanya sedetail mungkin, walau akan memakan waktu yang cukup lama. Kini, Prasasti Nyalindung itu berada di salah satu koleksi Museum Nasional dengan nomor inventaris D.153,” kata Alnoza.
Prasasti itu dilaporkan plus ditemukan pada tahun 1934, dibawa oleh seorang Kepala Laboratorium Teh pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Steinmann.

“Setelah ditemukan oleh Steinmann, Prasasti Nyalindung seperti hilang dari peredaran-perbincangan sejarah Bogor. Pada bulan Mei 1993, dalam Prosiding Seminar Nasional Sastra dan Sejarah Pakuan Pajajaran di Universitas Pakuan, Dr. Hasan Djafar mewartakan kembali prasasti itu,” terangnya.
Ditambahkan Alnoza, selain aksaranya tidak terbaca karena kondisinya yang sudah aus, sejauh ini lokasi penemuannya pun masih belum bisa dipastikan titik koordinatnya.
Sementara identifikasi awal, menurut para peneliti, Prasasti Nyalindung merujuk ke sejenis aksara kawi. Selebihnya sedang dilakukan pendalaman pembacaan lanjutan.
“Aspek paleografi (bentuk aksara) Prasasti Nyalindung ini kemungkinan lebih dekat dan bisa dikenali sebagai aksara Kawi,” ungkap Hady, filolog Komunitas Bujangga Manik Society.