Berbuka Puisi ter-ilham-i ketika kami membayangkan dari sekian banyak proses menyantap menu hidangan sewaktu berbuka puasa itu, kami tergerak untuk ikut menyediakan ruang yang menampung hidangan berupa puisi sebagai teman menyantap takjil. Ditambah, kita ketahui bersama, dunia spiritual-religius sering menghampiri kita pada Bulan Ramadhan: tadarusan, solawatan, hanca-quran, dan seterusnya. Pembayangan itulah yang entah seperti menuntun kami untuk menyediakan rubrik (serial ramadhan) Berbuka Puisi.

Maka, kami mengajak kepada siapapun untuk merefleksikan kehidupan puasa ini ke-dalam wujud puisi. Mengenai isinya, puisi-puisi (di rubrik Serial Ramadhan Berbuka Puisi) tentu akan berkutat seputar ramadhan dan puasa melalui wujud puisi, lepas bagaimana para penyair merefleksikannya, kami tak akan ikut-campur dan memberi catatan-catatan khusus lainnya. Pokoknya sebebas-bebas penyair saja, yang penting peristiwa dan fenomenanya berkutat pada ramadhan dan puasa.

Sejalan dengan itu, tentunya setiap penyair memiliki kesan, pesan, dan pandangan-perenungannya sendiri ketika memesrai puasa di bulan ramadhan ini. Dan wahana puisi (Serial Ramadhan Berbuka Puisi) ini akan kami hidangkan di web halimunsalaka.com nantinya setiap menjelang berbuka puasa, rutin menyapa pembaca setiap harinya, sampai ramadhan berakhir. Sebab, kata Sapardi, kita bukan Nabi yang bersabda, maka bersajaklah – maka berpuisilah.

Berbuka Puisi ter-ilham-i ketika kami membayangkan dari sekian banyak proses menyantap menu hidangan sewaktu berbuka puasa itu, kami tergerak untuk ikut menyediakan ruang yang menampung hidangan berupa puisi sebagai teman menyantap takjil. Ditambah, kita ketahui bersama, dunia spiritual-religius sering menghampiri kita pada Bulan Ramadhan: tadarusan, solawatan, hanca-quran, dan seterusnya. Pembayangan itulah yang entah seperti menuntun kami untuk menyediakan rubrik (serial ramadhan) Berbuka Puisi.

Maka, kami mengajak kepada siapapun untuk merefleksikan kehidupan puasa ini ke-dalam wujud puisi. Mengenai isinya, puisi-puisi (di rubrik Serial Ramadhan Berbuka Puisi) tentu akan berkutat seputar ramadhan dan puasa melalui wujud puisi, lepas bagaimana para penyair merefleksikannya, kami tak akan ikut-campur dan memberi catatan-catatan khusus lainnya. Pokoknya sebebas-bebas penyair saja, yang penting peristiwa dan fenomenanya berkutat pada ramadhan dan puasa.

Sejalan dengan itu, tentunya setiap penyair memiliki kesan, pesan, dan pandangan-perenungannya sendiri ketika memesrai puasa di bulan ramadhan ini. Dan wahana puisi (Serial Ramadhan Berbuka Puisi) ini akan kami hidangkan di web halimunsalaka.com nantinya setiap menjelang berbuka puasa, rutin menyapa pembaca setiap harinya, sampai ramadhan berakhir. Sebab, kata Sapardi, kita bukan Nabi yang bersabda, maka bersajaklah – maka berpuisilah.

E-Book Serial Ramadhan Berbuka Puisi #2

ilustrasi: Alanwari Ketika kita sangkut-pautkan dengan pertanyaan: apa makna lebaran (kemenangan) pada Selamat Berbuka Puisi #2  kali ini? Kami jelaskan kembali bahwa puisi-puisi yang terbit...

Pada Gema Malam Takbir, Ketika Rakyat Kecil Indonesia Bersama-sama Mengalunkan Doa dan Puja: Memohon Maha Pembalasan-Nya Kepada Kezaliman Para Penguasa dan Puisi Lainnya

Pada Gema Malam Takbir, Ketika Rakyat Kecil Indonesia Bersama-sama Mengalunkan Doa dan Puja: Memohon Maha Pembalasan-Nya Kepada Kezaliman Para Penguasa hambaMu yang penguasa Indonesia ituYa Allah...

Buka Bersama Pewarta dan Puisi Lainnya

Buka Bersama Pewarta pewarta cuaca hari ini absensedang buka bersama di ruang gulanamengambil dua buah kurma dan satu gorengankatanya itu cukup untuk menahan petaka tapi, magrib tidak pernah...

Belum Sungguh Sunyi dan Puisi Lainnya

Dreescodeku Hitam aku pakai warna hitamuntuk orang-orang yang dimiskinkandan dilemahkan sebelum kau bertanyabagaimana hidup di sisi kota ituyang tak punya harapan dan kelaparanaku telah berada pada...

Lelaki Rumputan dan Puisi Lainnya

Patah Hati Seperti Orang Jatuh Cinta persidangan puisi kemarinaku bercerita tentang sakithati dan kehilangan tuhan karena kedekatanku dengan puisilebih pedih dari penalakanku pada duniaatau selamat...

Seperti Lailatul Qadar dan Puisi Lainnya

Seperti Lailatul Qadar aku menunggumu, insebelum bulan malam inipualam di mataku. maukah kau menghidupkanjiwaku yang padam,dengan cinta paling menyala tak ada lagikeraguan dalam diriku,ketika seluruh...

Antar Jemput Nyawa dan Puisi Lainnya

Antar Jemput Nyawa Apa yang kau harapkan dari orang-orang yang pernah sejalan denganmu? Benarkah mereka peduli denganmu selamanya, bila pada saat tubuhmu yang renta itu akan rubuh, cuma kau sendiri...

Apakah Kehendak Bebas Itu Ada? dan Puisi Lainnya

Menantang Takdir yang Binatang: MM aku mengirim mafhum & kau menerima maklum bahwa kita amat tidak tahu metode lebih baik dari melelehkan beku air-mata bersama selama berjam-jam di hotel...

Waktu dalam Berpuisi dan Puisi Lainnya

Waktu dalam Berpuisi dan berjalan,dan berdiam melihat waktu,dan memakan waktu untuk bertemu,dan menulis puisi bukan berinvestasidan bercerita tentang puisi yang kutulisdari sisa-sisa masakan ibu pada...