Di Tepi Kali Bekasi dan Puisi Lainnya

Di Tepi Kali Bekasi dan Puisi Lainnya

dok. halimunsalaka


Di Tepi Kali Bekasi

3

di tepi kali Bekasi, kucari jejak Kerajaan Tarumanagara yang pernah megah berdiri, dengan selembar catatan dan dengan sebundel rasa penasaran, jiwaku yang sunyi mengalir dari Ciaruteun dan Cisadane

Taruma yang gaib, aku datang untuk merenungkan kembali apa arti kehidupan, apa arti kebudayaan, apa arti kesejarahan, dan apa arti tradisi-warisan masa silam. Aku datang untuk memaknai apa yang terkubur, apa yang tenggelam, apa yang tertinggal di menara pencarian puncak ilmu-pengetahuan

—sebab aku telah sampai pada suatu jeda peristirahatan setelah lama menempuh jalan panjang berkelok huru-hara kebimbangan—pulang ke rumah kecil papa kenangan dan impian. Aku telah sampai pada pelukan ibu tersayang melepas rindu sekalian doa dan ampunan—setelah lama pergi meninggalkan kampung halaman mengabaikan nilai-nilai luhur nenek-moyang

7

di tepi kali Bekasi, masih kucari jejak Kerajaan Tarumanagara yang pernah megah berdiri, dengan menyusuri Citarum dan dengan menziarahi kawasan Percandian Batujaya, ragaku yang sepi bagai pengelana waktu, merenungkan cerita di pesisir pantai utara itu

Taruma yang gaib, aku datang kepadamu untuk menunaikan kembali kata-kata, menghimpun serpihan puisi, dan menyusun makna batu-batu peninggalanmu di antara kalbu keheninganku

—sebab aku telah selesai dengan masa depanku.

Bekasi-Karawang, 2024

***

Di Tepi Kali Citarum

di tepi kali Citarum, air keruh mengalirkan sampah-sampah yang hanyut, menyeret pandangku pada kesedihan hutan

sementara sunyi mengisyaratkan langit sore—membendung hujan untuk reda, ketika matahari menenggelamkan cahaya, menenggelamkan rumah dan jalanan kota

malam datang dengan penuh tangisan dan kepasrahan: banjir telah datang membawa kesedihan hutan.

Bekasi, 2024

***

Kinanti

jika Engkau angin laut, Tuhan

ombak pasang gemuruh itu kuterima dengan lapang: sebab aku pasir malang yang tertimbun sampah wisatawan, di wajah subuh waktu nelayan pulang tanpa satu pun ikan, namun tetap bahagia diberi keselamatan kumpul keluarga—setelah mengarungi pelayaran hidup maha rahasia

—semua cerita telah kuterima dengan seikat doa, Tuhan, mimpi kehidupan hari esok—menunggu tidur selamanya.