Foto: halimunsalaka.com
Singkat cerita, mantan Bupati Bogor Ade Yasin meresmikan Tugu Pancakarsa pada 27 Desember 2021 lalu. Mau tidak mau, Tugu yang dinamai Pancakarsa itu sangat berhubungan erat dengan visi-misi kepala Daerah Ade Yasin-Iwan Setiawan yang menggagas Pancakarsa dalam melakukan kerja pemerintah tingkat Kabupaten Bogor untuk warganya.
Lebih singkatnya, dalam Pancakarsa itu ada lima poin atau lima Karsa utama dalam melakukan perjalanan pemerintah Kabupaten Bogor, yakni Karsa Bogor Sehat, Bogor Maju, Bogor membangun, Bogor Berkeadaban dan Bogor Cerdas yang tujuannya untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas, Mewujudkan perekonomian daerah yang berdaya saing dan berkelanjutan, Mewujudkan pembangunan daerah yang merata, berkeadilan dan berkelanjutan, Mewujudkan kesalehan sosial, Mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang baik.
Wajar saja, dalam setengah periode lebih itu, Ade Yasin selalu menyangkut-pautkan program apapun dengan kata politis ‘Pancakarsa’, termasuk dalam membuat ciri Kabupaten Bogor itu sendiri yang bisa jadi akan terus abadi pada Bupati Bogor di periode selanjutnya. Pun demikian dengan Tugu Pancakarsa, nama Ade Yasin akan selalu diingat oleh masyarakat atau politisi Kabupaten Bogor saat mereka melihat Tugu yang (belum) memiliki Mahkota itu.
Namun, sayangnya pembangunan Tugu Pancakarsa tidak lebih sebagai bukti bahwa ‘Aku sudah membangun Landmark’ Kabupaten Bogor di Cibinong Raya. Pemerintah Kabupaten Bogor tidak memberikan filosofi yang mendalam, misal disangkutkan dengan sejarah Bogor dan lainnya pada pembangunan Tugu Pancakarsa itu, selain filosofi dari visi-misi Pancakarsa itu sendiri.
Mencari Mahkota Tugu Pancakarsa
Pemerintah Kabupaten Bogor mungkin masih mencari komposisi atau simbol yang pas untuk dijadikan mahkota pada Tugu Pancakarsa itu. Kemungkinan itu menjadi terlihat sebagai ketidakseriusan pemerintah daerah dalam memastikan mahkota Tugu Pancakarsa. Sebab, Ade Yasin saat itu menyebut bahwa mahkota Tugu Pancakarsa akan terus berubah atau disesuaikan dengan event-event besar tertentu yang akan hadir di Kabupaten Bogor.
Saat itu Tugu tersebut diperuntukan sebagai Tugu selamat dating untuk Fifa World Cup U-20 yang rencanannya berlangsung di Pakansari pada 2021. Untungnya, Fifa membatalkan itu karena dunia dihantam oleh kasus Covid-19. Hingga kini, Tugu Pancakarsa itu masih belum memiliki Mahkota, bak tubuh yang tidak memiliki kepala, seram!!!
Kemudian, di tahun 2021, Mahkota Tugu Pancakarsa direncanakan untuk dibuat Sayembara. Sayembara itu dimksudkan untuk mencari desain terbaik untuk Mahkota Tugu Pancakarsa. Dimana, Budayawan, sejarawan, dan masyarakat lainnya bisa turut memberikan masukan terhadap Landmark Kabupaten Bogor itu.
“Karena sayembara itu suatu proses perencanaan partisipatif. Jadi masyarakat nantinya memiliki sejarah dalam partisipasi perencanaan Tugu Pancakarsa,” kata Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) Kabupaten Bogor, Ajat Rochmat Jatnika 19 April 2023.
Namun, wacana hanya tinggal cerita, pemerintah Kabupaen Bogor batal ‘memakai otak’ masyarakat untuk membuat desain pada Tugu Pancakarsa tersebut.
Drama Tugu Pancakarsa pun berlanjut, Pemerintah Kabupaten Bogor saat ini mempercayai arsitek dalam merumuskan dan membuat Mahkota Tugu Pancakarsa itu. Pemkab Bogor menganggarkan Rp500 juta untuk menciptakan Mahkota di atas Tugu Politis itu dalam APBD 2023.
“Kita sedang rancang, saya dibantu oleh ikatan ahli arsitek. Jadi pendekatannya bukan melalui Sayembara tapi dengan orang-orang ahli profesi diundang, diskusi baru kita rancang,” kata Ajat 3 Januari 2023.
Desain Tugu Pancakarsa yang digagas oleh ahli itu, nampak tidak mencari makna filosofis lain. Meereka malah mencatut Logo Kabupaten Bogor sebagai rujukan utama pembentukan Mahkota Tugu Pancakarsa itu. Dengan alasan, dalam Logo Kabupaten Bogor itu, pemikiran Budayawan dan Sejarawan sudah terhimpun pada Logo berlatar belakang kuning itu.
“Jadi tinggal ornamennya Mahkotanya itu apakah memang kombinasi kekinian seperti bermain lighting, atau nanti Mahkotanya dibuat berputar atau dia dibuat seperti bola bulat, biar kelihatan sana sini, nanti itu yang kami modifikasi,” sambung Ajat.
Penyelesaian Mahkota Tugu Pancakarsa itu direncanakan mulai dibangun usai Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriyah. Namun hingga lebaran Idul Adha, bahkan menjelang Idul Fitri 1445, pembangunan Mahkota Tugu Pancakarsa itu masih belum tersentuh tangan-tangan ahli yang disampaikan itu.
Perjalanan untuk sebuah Landmark suatu daerah nampak sangat panjang, berliku, dan sedikit pusing dibuatnya. Namun, dari perjalanan itu, kita bisa melihat betapa tidak pentingnya sebuah Landmark untuk mencirikan Kabupaten Bogor.
Pemerintah dan DPRD Kabupaten Bogor lebih mementingkan pembangunan ruas jalan, sekolah, hingga pembangunan infrasturktur lainnya yang langsung dirasakan oleh para konstituen atau calon kosntituen mereka agar terlihat betapa peduli para wakil rakyat untuk rakyatnya. Terlebih di tahun politik dan ditambah Ade Yasin (pemilik Pancakarsa) telah sah menjadi ‘santri’ jeruji besi. Makin enak saja mereka untuk bilang “kita fokus pada pembangunan prioritas”. Heuheu***
Saya dinamai Egi Abdul Mugni oleh Umi. Lahir tengah malam di bulan Oktober. Saya seorang Jurnalis di Bogor.