Hidangan Ramadhan dan Puisi Lainnya

Sebelum Fajar

Akhir-akhir ini malam sering dirajam cemas pada setiap langkah warna-suasana ketakutanku

Aku terlalu larut dalam sisa kantuk yang membuat malam sudah tak sanggup lagi menampung gelap dalam perutnya

Kalau saja sunyi tidak sepagi ini mengetuk-ngetuk dua dadaku, mungkin aku masih menelanjangi diriku pada kekhawatiran yang tak kunjung usai

Sunyi datang membisik padaku dan membawa pancaran kehangatan dalam setiap rona cinta-Nya

Seperti bekal cahaya doa-doa Ibuku, ia mengalir membawa petunjuk kasih di setiap nadi dan sayang-Nya.

Hidangan Ramadhan

1

Hidangan:

“Sajian ini,” kata ibu dengan raut wajah berserinya, “memang sederhana, namun setiap orang bisa menikmati makna istimewanya.”

Sesegera setelah azan tiba, aku dan bapak langsung menyantap hidangannya. Rasanya, ampunan bisa dicari di setiap sudut hidangan hati pemilikNya.

2

Ramadhan:

Aku melihat ibu sibuk menyajikan pahala dalam kantung matanya setiap malam. Sementara bapak lebih suka merebus doa lewat secangkir kopi dan motif sarungnya.

  • Pria yang senang mengabadikan setiap langkahnya melalui sebuah foto. Sebab, melalui foto kenangan akan tetap sama dan tidak pernah berubah.

    Lihat semua pos