Perempuan yang Mengaku Kenyang Saat Kutawarkan Puisi
Kau dan aku bertukar kata-kata
mengatur volume
Aku menawarkan berbagai hidangan
sebanyak dua kali
Sampai sore hari, sejumlah hidangan berjalan-jalan
di ruang tamu yang sudah berantakan,
gelas-gelas dan piring saji,
sisa-sisa kopi dan makanan pagi hari
Beberapa cemilan kecil berjatuhan
di meja makan satu-satunya ruang suci untukku
dan waktu terus-terusan mengambil sisa-sisa berat badanku,
Lalu perempuan itu melewati serentetan waktu yang cemas mencuri perhatian
Diam-diam Perempuan itu menulis di atas keningku,
“Secukupnya dalam berpuisi,
Secukupnya dalam berpuasa.”
Orientasi berpikir akan tetap terasa menjemukan karena kita satu hari
terlalu mengenyangkan
Kemana kita hari ini?
Gunungputri, Maret 2025
Tiket Masuk Puisi Untuk Keluar di dalam Aku
Seolah-olah pagi hari begitu saja
Seolah-olah aku mengajak masuk seseorang
menjelang berbuka untuk berpuisi
Sudah dua puluh dua hari
aku membangun puisi ini.
Antre dalam jalur ticketing,
Apakah kamu sudah minum air putih?
Apakah kamu ingin memesan tiket bioskop
untuk menikmati hidangan di dalamnya?
Kamu suka membeli popcorn, minuman,
atau snack lain
Keluar-masuk membawa hidangan
Dia terus melewati serentetan waktu yang cemas
Sementara aku masih di dalam,
Dan masih di dalam
Dan belum akan keluar (untuk) hari ini.
Kota Bogor, Maret 2025